Mohon tunggu...
Ashiviana Nurul Faizah
Ashiviana Nurul Faizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Bentuk Ketimpangan Gender bagi Perempuan

23 November 2022   22:39 Diperbarui: 23 November 2022   22:58 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kekerasan fisik ini tentu menimbulkan kerugian bagi korban tidak hanya secara fisik tetapi juga secara mental, dimana korban dapat mengalami trauma bahkan dalam jangka waktu yang panjang, sehingga dapat mempengaruhi tingkat rasa percaya diri yang terdapat dalam diri korban.

2. Adanya Kultur Hagemoni

Budaya Patriarkis masih sangat melekat dalam diri masyarakat Indonesia. Laki-laki dianggap memiliki kuasa penuh atas perempuan sehingga mereka cenderung bertindak di luar batas. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor sosial dan ekonomi. Proses kontrol yang tidak sesuai dapat mengakibatkan kesalahpahaman yang berujung pada tindak penindasan.

Dalam budaya patriarki, salah satu perbedaan yang mencolok antara kaum laki-laki dan perempuan dapat terlihat dari aspek ekonomi. Hal ini berkaitan dengan konsep mengenai bagaimana dan mengapa laki-laki memiliki peluang yang lebih besar dalam menguasai sumber-sumber ekonomi dalam rumah tangga. 

Hal ini sesuai dengan konsep teori feminisme yang memiliki perspektif bahwa dalam pembagian sumber-sumber kepemilikan baik secara ekonomi maupun sosial, perempuan senantiasa menjadi kelompok yang tertindas. (Hanifah, 2007; dalam Putranti, 2004). 

Hal ini selaras dengan teori feminisme radikal yang memiliki pandangan bahwa ketertindasan perempuan terjadi akibat adanya konsep yang menganggap perempuan sebagai pihak yang wajib tunduk dan mengalami domestifikasi dalam sebuah hubungan kekuasaan baik bersifat personal maupun non personal

3. Tingkat kepedulian sosial yang rendah

Tingkat kepedulian sosial yang rendah dapat menjadi penyebab terjadinya kasus KDRT semakin tinggi. Rendahnya kepedulian sosial dapat dilihat dari semakin banyaknya angka bunuh diri karena adanya proses pengendalian sosial yang tidak sesuai. Proses pengendalian diri yang kurang baik dapat mengakibatkan seseorang bertindak semena-mena termasuk kekerasan terhadap orang lain.

Di Indonesia rendahnya kepedulian sosial dapt terjadi karena adanya kasus kemiskinan yang menimpa masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari penghasilan rata-rata masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak memiliki memiliki penghasilan. 

Berdasarkan laporan dari Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC), setelah mengadakan penelitian  yang dilakukan di 11 kota pada tahun 2000 dan 2004, jumlah sumbangan rata-rata yang diberikan oleh perorangan untuk individu berupa pengemis, pengamen, keluarga, teman, maupun golongan lainnya  mengalami peningkatan. 

Diketahui sumbangan awal sejumlah  Rp. 380.800,- mengalami peningkatan menjadi Rp. 884.950,- . kenaikan ini juga terjadi pada sumbangan yang bersifat keagamaan seperti zakat. Diketahui jumlah awal sumbangan sebesar Rp. 304.000,- mengalami peningkatan menjadi Rp. 483.000,- yang diberlakukan bagi setiap pembayar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun