Menghadapi oposisi
Dalam rangka kampanye di tahun politik. Banyak hal yang dipakai pihak oposisi untuk menyerang pemerintah. Tetapi mungkin secara alami rakyat sebagai pemilik negara mampu dengan senang meladeni permainan apapun yang disuguhkan mereka yang katanya beroposisi.
Maka bisa dimaklumi bila medsos jadi arena pertarungan politik antara kelompok pendukung dengan para penentang Presiden Jokowi.
Sayangnya pertarungan politik di medsos tampaknya hanya terikat oleh peraturan resmi pemerintah atau Bawaslu.
Pertarungan politik di medsos belum beretika seperti yang berlaku di masyarakat yang bernegara pada umumnya. Khususnya dimasyarakat perniagaan atau perdagangan yang merupakan pusat interaksi kehidupan bernegara sehari-hari.
Padahal ada persamaan dengan berkampanye di politik dengan dengan kampanye di dunia perdagangan.
Di dunia perdagangan dalam kampanye mempromosikan suatu dagangan berlaku etika tidak boleh berkampanye yang "menjual" kelemahan, kekurangan dan keburukan barang-barang pesaing. Dan sangat dipantang berlaku curang terhadap pesaing dan sangat dilarang membohongi konsumen---rakyat.
Dengan kata lain. Kampanye dalam dunia perdagangan sangat dilarang melakukan kampanye hitam.
Lawan Presiden Jokowi tidak belajar pada Golkar
Pada tahun politik menjelang Pilprs 2019. Kubu Capres dari Petahana lebih diuntungkan karena sempat berbuat segala sesuatu yang  dibutuhkan rakyat. Banyak hal baru dilakukan pemerintah yang membuat rakyat mempunyai harapan yang pasti lebih baik untuk masa depannya.
Kubu Prabowo sebagai rival Presiden Jokowi sudah tidak bisa bilang apa-apa yang lebih baik dari Presiden Jokowi. Selain mengatakan bahwa sekarang hidup susah, apa-apa mahal. Â Banyak tenaga kerja dari Cina dan yang diterapkan adalah ekonomi kebodohan. Sehingga rupiah terus melemah. Dan sebagainya.