REVOLUSI SPIRITUAL
Kedudukan Wapres
Agaknya kedudukan Wapres di negeri ini pada setiap rezim tidak sama. Suatu ketika bisa sangat penting dan berkedudukan yang hampir setara dengan presiden. Tetapi suatu ketika bisa hanya seperti boneka yang bisa bernafas, bisa makan dan harus dijaga oleh pasukan pengawal khusus presiden.
Maka tidak aneh jika peran Wapres di negeri ini berbeda pada setiap zaman. Hanya foto resmi yang boleh dipasang berdampingan. Selebihnya seorang wapres tidak seharusnya sering tampak mendampingi presiden. Seorang wapres harus memberi isyarat kepada dunia bahwa ada sosok presiden yang diwakilinya.
Wapres zaman Bung Karno
Pada awal pemerintahan NKRI. Pemerintah tampak masih belajar menyelenggarakan negara. Apa lagi Belanda tampaknya berkeberatan ada negara baru di bekas jajahannya tanpa izinnya. Maka pernah dilakukanlah dua kali aksi militer terhadap RI. Ditambah lagi dengan ulah kelompok-kelompok yang juga berjuang untuk kemerdekaan Indonesia tetapi membelot tidak sejalan dengan pemerintahan yang dipimpin Soekarno-Hatta.
Maka terjadilah peristiwa-peristiwa perlawanan republik maluku selatan, peka'i madiun, DI/TII, PRRI, Permesta, Kahar Muzakar dan lain-lain. Pada zaman Bung Karno peran Presiden dan Wapres merupakan dwitunggal. Maka Bung Hatta mengundurkan diri manakala merasa tak sejalan dengan Presiden.
Wapres zaman Pak Harto
Pada awal pemerintahan. Pak Harto sangat tahu benar bahwa kalangan elit politik dan negarawan terutama yang berdinasti  kekeratonan Jawa cenderung menghendaki Sultan HB IX yang seharusnya menjadi presiden menggantikan Bung Karno.
Sultan HB IX dipandang kelompok dinasti-dinasti tersebut sangat layak menjadi presiden, mengingat peranannya yang tidak kecil terhadap NKRI. Maka untuk tidak terlalu menyakiti perasaan kerabat kesultanan, kasunanan maupun kerabat kaum ningrat Jawa maka ditunjuklah Sultan HB IX sebagai wakilnya yang pertama oleh Pak Harto.
Pada masa jabatan periode kedua Pak Harto. Penulis menduga bahwa Sultan HB IX tidak mau lagi hanya duduk dipajang sebagai wakil Pak Harto.
Adam Malik yang terkenal sebagai politikus yang cerdik seperti kancil dalam dongeng-dongeng dipilih Pak Harto jadi wakil presiden.
Dalam dongeng si Kancil yang sangat familiar di dalam keluarga rakyat Indonesia, mahluk kecil itu sangat mahir memperdaya pak tani, anjing, buaya, harimau sampai gajah demi keselamatan dirinya yang terkurung dalam bahaya.
Penulis menduga Pak Harto sangat menyadari bahwa dirinya sebenarnya sangat terkepung bahaya. Jadi tidak mengherankan jika ada tanda-tanda perlawanan terhadap dirinya segera ditumpas dan diselesaikan.
Adam Malik dipilih Pak Harto sebagai wakil presiden tidak lain mungkin hanya untuk menghabisi lawan-lawan Pak Harto di parpol-parpol.
Selanjutnya dipilihlah Umar Wirahadi Kesumah, Soedharmono dan Tri Sutrisno, mungkin untuk memperkuat dukungan kalangan elit angkatan darat yang di kalangan ABRI yang mulai ada tanda-tanda yang meragukan kepemimpinannya. Sehingga ada kasus Petisi 50 dan peristiwa pengadilan menyidangkan HR Darsono.
Kemudian dipiihlah BJ Habibie sebagai wakilnya. Karena dipandang sebagai orang Indonesia tercerdas kelas dunia. BJ Habibie dipilih untuk memberi kesan bahwa meskipun Pak Harto sudah berusia lanjut toh dibantu oleh orang tercerdas dan bersih se Indonesia yang kecerdasanya diakui dunia.
Wapres zaman Gus Dur
Presiden Gus Dur punya wakil yang "terpaksa ditunjuk oleh Amien Rais." Â Sejak awal sudah diatur oleh Gus Dur bahwa tugas-tugas presiden yang enteng-enteng dia yang menangani sedang yang berat-berat bagian Wapres Megawati.
Wapres zaman Bu Megawati
Bu Mega menjadi Presiden bukan karena mengalahkan Gus Dur. Justru Hamzah Haz yang dikalahkan waktu voting memilih Wakil presiden untuk Gus Gur.
Sehingga sebagai Wakil Presiden peran Hamzah Haz tidak diatur oleh Megawati. Mereka juntru kerja sama saling menghormati, saling menghargai dan saling menjaga peran masing-masing dalam pemerintahan.
Itulah sebabnya Mega Hamzah dapat menyelesaikan tugas yang diemban dengan sempurna---sukses. Walaupun keduanya punya sejarah dan latar belakang politik yang berbeda.
Wapres zaman Pak EsBeYe
JeKa diajak jadi Wapres oleh EsBeYe, mungkin dengan pamrih agar dapat dukungan kuat dari Golkar untuk menandingi kekuatan Megawati---PDI-P.
Pengalaman JeKa sebagai politikus dapat dimanfaatkan EsBeYe dengan baik. Masalah konflik berdarah di Aceh---GAM, Poso dan Ambon terbukti bisa ditangani EsBeYe berkat kelihaian JeKa.
Pada periode kedua masa jabatan EsBeYe persoalan yang dihadapi presiden berubah. Masa kepemimpinannya akan berakhir dan tidak bisa maju lagi.
EsBeYe mungkin sudah melihat pemerintahannya akan meninggalkan banyak masalah. Dan salah satunya adalah masalah di perbankan. Maka dipilihlah Budiono---Gubernur Bank Indonesia, sebagai Wapres.
Wapres zaman Pak Jokowi
Pak JeKa lebih memilih diajak jadi Wapres oleh Megawati pun sangat jelas untuk mengendalikan elit Golkar yang biasa bermain mempengaruhi jalannya pemerintahan.
Karena ada Pak Jeka maka Pak Jokowi tidak akan terlalu meladeni ulah Golkar, PKS, Gerindra, Demokrat dan juga orang-orang PDI-P "faksi" khusus yang terus ngajak adu tanduk di kandang banteng sendiri untuk "mengimbangi" kisruh antara koalisi em'pe dengan koalisi i-ha di ruang depe'er.
Pak Jokowi terus bekerja sesuai nawacita yang dijanjikan. Pak Jeka duduk manis di belakang meja Wapres dan sesekali secara insting ikut berkomentar yang agak kontroversial---mengejutkan, dibaca publik.
Peran Wapres bagi Jokowi terkait Cawapres Ma'ruf Amin
Menurut penulis. Ada beberapa hal mendasar kenapa Ma'ruf Amin yang dipilih sebagai Wapres oleh Presiden Jokowi. Untuk periode kedua masa baktinya. Terlepas adanya dinamika politik yang memberi warna pada pilihan tersebut.
Yang pertama adalah untuk mengantisipasi hal yang sangat remeh, yaitu agar tidak terjadi ada pihak mana pun yang memprovokasi secara berlebihan, mengajak berkelahi atau berantem siapa saja terutama kepada relawan Jokowi.
Kedua. Ma'ruf Amin sepantaran usia dengan JeKa. Pasti secara alami punya naluri bawaan yang disempurnakan oleh pengalaman yang bisa dibilang hampir sama, bila duduk sebagai Wapres.
Ketiga. Kedudukan Wapres cukup tegas, jelas dan pasti sebagai Wapres. Tidak setara dengan pembantu presiden seperti  menteri pada umumnya.
Keempat. Tampil di manapun dan kapan pun seorang Wapres tetap sebagai pribadi seorang Wapres yang menunjukkan bahwa ada seorang pribadi Presiden yang diwakilinya di tempat yang berbeda saat itu. Seorang Wapres tidak bisa bertindak mewakili Presiden tanpa perintah Presiden.
Kelima. Seorang Wapres adalah ibarat bayangan hidup seperti fatamorgana atau ratu kembar dalam filosofi jawa. Â Karena Capres dan Wapres "lahir" bersamaan. Bukan seperti matahari kembar yang kembarannya muncul kemudian untuk menandingi matahari yang ada sebelumnya. Seluruh elemen bangsa harus menjaga tidak akan terjadi matahari kembar di zaman Pak Jokowi.
NKRI pernah mengalami keberadaan ratu kembar yaitu pada zaman Bung Karno ada Pak Harto yang memegang super-semar.
Keenam. Seorang Wapres sama sekali bukan penasihat Presiden, walau dia adalah seorang ekonom kelas internasional. Walau dia seorang ahli hukum tatanegara kelas amerika atau dunia. Bahkan dia bukan penasihat presiden meski dia adalah seorang ulama besar kelas dunia akhirat.
Seorang Wapres tidak perlu memberi pertimbangan keputusan yang diambil seorang presiden. Pertimbangan kepada presiden NKRI seharusnya hanya diberikan oleh sebuah dewan pertimbangan agung seperti zaman Pak Harto, walau tanpa diminta presiden.
Ketujuh. Seorang Wapres tidak perlu ikut-ikutan melakukan inspeksi mendadak maupun blusukan mendampingi Presiden. Dia tidak boleh menawar apa pun yang diperintahkan Presiden kepadanya.
Penyimpangan peran seorang Wapres mungkin pernah diperlihatkan oleh Bung Hatta ketika mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden pada zaman Bung Karno.
Kedelapan. Kalau perlu harus diatur oleh Paspampres agar Presiden dan Wakil Presiden tidak pernah sempat hadir bersamaan dalam satu acara, kecuali dalam upacara kenegaraan---17 Agustus.
Presiden sangat berkepentingan menjaga agar Wapresnya tetap dalam sehat wal afiat siap  setiap saat di belakang meja kerja sebagai wakilnya.
Kesembilan. Seorang Wapres tidak bisa menjadi Presiden yang sempurna jika Presiden tiba-tiba berhalangan tetap. Wapres mutlak harus "menyempurnakan" tugas Presiden yang berhalangan tetap untuk melaksanakan tugas sebagai Presiden dan kepala negara serta mengadakan Pilpres sebelum usai masa baktinya.
Kesepuluh. Menurut penulis. Presiden Jokowi mempersiapkan pemerintahan NKRI 2024-'29 untuk menyambut seabad kejayaan NKRI pada 2045. Presiden Jokowi tidak bisa masa bodoh dengan pemerintahan berikutnya sesudah masa baktinya selesai tuntas.
Presiden Jokowi tidak mau terlalu membebani dengan permasalahan-permasalan pelik yang sulit kepada pemerintah berikutnya yang melanjutkan pemerintahan di negeri ini.
Keterbatasan Presiden Jokowi adalah kekuatan dahsyat
Ada orang-orang yang tampak sengaja melecehkan kemampuan Presiden Jokowi yang terkesan seperti orang yang sangat dikekang bibir dan lidahnya oleh para malaikat.
Mereka---elit politik, yang mungkin mengidap kelainan saraf, sering latah berceloteh asal omong---ngawur, mencoba menggoreng kata-kata Presiden yang sekiranya bisa dimain-mainkan untuk membulinya.
Presiden kalau tidak salah, secara semena-mena sering jadi bahan ejekan Rocky Gerung, Ratna Sarumpaet, Fadli Zon, Fahri Hamzah dan masih banyak lagi yang lain. Pasti dengan alasan mengkritik Presiden.
Memang benar. Di dunia manapun mengkritik presiden tidak dilarang. Kecuali di NKRI zaman Pak Harto. Tetapi menghina dan merendahkan seorang kepala negara bisa  menumpahkan darah dan mempertaruhkan nyawa.Â
Menurut dugaan penulis. Jangan-janganPresiden Jokowi mungkin pernah dinasihati oleh Sang Ibu bahwa semua ujaran kebencian dan hinaan yang diterima adalah untuk menguji kekuatan dahsyat iman dari hatinya senantiasa merendah serendah hati rakyat jelata yang dipimpinnya.
 Demikian. Terimakasih dan salam sejahtera kepada yang telah membaca tulisan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H