Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran Wapres Tergantung "Kekuatan" Presiden dalam Melayani Kepentingan Bangsa

16 Agustus 2018   08:10 Diperbarui: 16 Agustus 2018   08:14 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Kedudukan Wapres

Agaknya kedudukan Wapres di negeri ini pada setiap rezim tidak sama. Suatu ketika bisa sangat penting dan berkedudukan yang hampir setara dengan presiden. Tetapi suatu ketika bisa hanya seperti boneka yang bisa bernafas, bisa makan dan harus dijaga oleh pasukan pengawal khusus presiden.

Maka tidak aneh jika peran Wapres di negeri ini berbeda pada setiap zaman. Hanya foto resmi yang boleh dipasang berdampingan. Selebihnya seorang wapres tidak seharusnya sering tampak mendampingi presiden. Seorang wapres harus memberi isyarat kepada dunia bahwa ada sosok presiden yang diwakilinya.

Wapres zaman Bung Karno

Pada awal pemerintahan NKRI. Pemerintah tampak masih belajar menyelenggarakan negara. Apa lagi Belanda tampaknya berkeberatan ada negara baru di bekas jajahannya tanpa izinnya. Maka pernah dilakukanlah dua kali aksi militer terhadap RI. Ditambah lagi dengan ulah kelompok-kelompok yang juga berjuang untuk kemerdekaan Indonesia tetapi membelot tidak sejalan dengan pemerintahan yang dipimpin Soekarno-Hatta.

Maka terjadilah peristiwa-peristiwa perlawanan republik maluku selatan, peka'i madiun, DI/TII, PRRI, Permesta, Kahar Muzakar dan lain-lain. Pada zaman Bung Karno peran Presiden dan Wapres merupakan dwitunggal. Maka Bung Hatta mengundurkan diri manakala merasa tak sejalan dengan Presiden.

Wapres zaman Pak Harto

Pada awal pemerintahan. Pak Harto sangat tahu benar bahwa kalangan elit politik dan negarawan terutama yang berdinasti  kekeratonan Jawa cenderung menghendaki Sultan HB IX yang seharusnya menjadi presiden menggantikan Bung Karno.

Sultan HB IX dipandang kelompok dinasti-dinasti tersebut sangat layak menjadi presiden, mengingat peranannya yang tidak kecil terhadap NKRI. Maka untuk tidak terlalu menyakiti perasaan kerabat kesultanan, kasunanan maupun kerabat kaum ningrat Jawa maka ditunjuklah Sultan HB IX sebagai wakilnya yang pertama oleh Pak Harto.

Pada masa jabatan periode kedua Pak Harto. Penulis menduga bahwa Sultan HB IX tidak mau lagi hanya duduk dipajang sebagai wakil Pak Harto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun