Yaitu amanah bernegara yang dipimpin oleh dwitunggal kepemimpinan  nasional yang hendaknya abadi dalam kehidupan bernegara.
Dwitunggal pertama gagal di perjalanan karena Bung Hatta mungkin tak sanggup mendampingi sahabat sejatinya yang mendapat perlawanan gigih dari kawan-kawan seperjuangannya yang tidak setuju karena belum paham dengan Pancasila yang disampaikan Bung Karno.
Untuk Pak Jokowi dan Wapresnya yang akan datang mungkin sangat diharapkan untuk bisa meneruskan amanah awal sejarah bahwa NKRI harus selalu dipimpin oleh dwitunggal yang tidak boleh gagal di tengah perjalanan.
Seluruh elemen bangsa hendaknya berjuang keras untuk mampu menghadirkan dwitunggal kepemimpinan nasional pada setiap pergantian zaman---"rezim."
Dwitunggal munggkin adalah Ratu kembar
Barangkali dwitunggal itulah yang dimaksud sebagai ratu kembar yang digambarkan dalam tulisan Raja Jayabaya dari kerajaan Kediri pada abad 12.
Kehadiran ratu kembar menandai zaman kejayaan "tanah jawa---nusantara." Ataukah juga tanda yang disebutnya sebagai zaman Ratu Adil?
Ratu kembar merupakan tanda perubahan zaman karena mengganti tradisi bernegara yang hanya diperintah seorang raja menjadi diperintah dua raja yang seolah merupakan kembarannya.Â
Penulis menduga bahwa yang dimaksud dengan ratu kembar tidak lain adalah seorang presiden dan wakil presiden di zaman sekarang.
Boleh jadi sosok Bung Karno dan Bung Hatta yang pernah dinyatakan sebagai dwitunggal di republik ini tidak lain adalah cikal bakal ratu kembar yang diisyaratkan oleh Raja Jayabaya. Ratu kembar adalah dwitunggal kepemimpinan nasional yang abadi yang harus termasuk ciri khas yang membedakan Indonesia Raya dengan seluruh negara yang ada di alam semesta.Â
Dwitunggal kepemimpinan nasionalÂ