Jargon basi yang tak lagi pantas diucapkan.
Pernah ada jargon politik tempo hari yang sering jadi andalan yang sah,  terhormat  dan wajar atas kegagalan suatu program pemerintah yang dijanjikan partai pemenang pemilu dan Pilpres. Bahwa melaksanakan program yang pernah dijanjikan tidak semudah membalik telapak tangan.
Tetapi Presiden Jokowi telah membuktikan bahwa dengan belusukan sambil kerja dan kerja terus kerja mengabdi kepada negara dan bangsa. Belum lagi genap lima tahun masa pemerintahannya  ternyata Indonesia sudah jauh berubah.
Hanya cukup dengan aba-aba sebagai doa. Dengan membaca bismillah mengucapkan "revolusi mental" saat masih sebagai seorang gubernur DKI Jakarta.
Mental pengkhianat mungkin memang sulit dirubah
Yang belum atau mungkin memang sengaja tidak mau berubah adalah mental para pengkhianat bangsa.
Mereka tidak malu-malu memutar lidah membalik-balik fakta di mata masyarakat dunia. Pemerintah yang berjuang keras dengan rendah hati memuliakan rakyat dikatakanlah sebagai pemerintah sewenang-wenang yang tidak berkeadilan.
Yang mengaku ulama dipanggil polisi karena menghasut, menghujat, memfitnah, terkait pornografi, perzinahan serta menghina Pancasila dan mengancam kepala negara. Dikatakan sebagai kriminalisasi ulama dan sebagainya dan sebagainya, yang hanya pantas diucapkan seseorang yang bukan ulama tetapi sengaja menghina agamanya sendiri yang dihormati negara.Â
Hati-hati berperilaku di Mekah
Patut dicurigai adalah kemungkinan menodai kota suci Mekah dengan menjadikannya sebagai basis usaha makar para pengkhianat bangsa untuk melawan pemerintahan Presiden Jokowi.
Lihat saja di YouTube. Berapa tokoh politik yang ngetop di negeri ini yang mendatangi dan mungkin berunding atau dengan Habib Rizieq Shihab yang sementara ini bisa umroh sambil "tinggal" sementara di sana.