Demikian pula halnya dengan para pakar tata negara dan hukum. Mereka seperti terbius dengan pandangan-pandangan teori Barat yang dianggap sudah tidak perlu diragukan kebenarannya.
Mereka seperti terlatih  senang berdebat menurut pandangan masing-masing. Seperti tidak sedikit pun tergugah untuk ada usaha bersama mencoba mengurai Pancasila sebagai dasar negara yang sempurna bagi N.K.R.I.. Yang harus menjadi panduan untuk menyempurnakan UUD ’45 yang semula, sebelum diamandemen.
Tanpa Pancasila yang sempurna. UUD ’45 pasti seperti selalu menuntut disempurnakan—diamandemen, pada setiap rejim.
Menuntut keadilan?
Perlu juga dipertanyakan kepada mereka yang masih ribut mau menuntut keadilan kepada pemerintah. Keadilan menurut siapa yang dimaksud? Menurut Fahri Hamzah, Fadly Zon, Amien Rais atau menurut ormas-ormas Islam yang sehaluan dengan FPI?
Menurut penulis. Tidak ada satu pun rejim yang pernah ada di N.K.R.I. yang tidak menegakkan keadilan. Tentu saja wujud keadilannya berbeda; sesuai zamannya.  Boleh ‘kan?
Demikian. Terimakasih kepada yang telah sempat membaca tulisan ini. Â Diiringi salam bahagia sejahtera bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H