Tetapi panglima TNI terkesan menegaskan bahwa “makar” dalam bentuk apa pun tidak akan pernah bisa terjadi di N.K.R.I.. Karena kesigapan dan kepekaan insting POLRI mencium sinyal bahaya dari mana pun tidak seperti radar yang dibuat untuk kepentingan manusia.
Ribuan tebaran karangan bunga untuk Basuki-Jarot?
Informasi nyata dan jelas yang membuat seluruh dunia terpukau adalah ada ribuan tebaran karangan bunga yang indah yang dikirim oleh pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang tidak terbilang jumlahnya. Bukan dari Jakarta saja tetapi juga dari berbagai tempat dari luar Jakarta bahkan luar negeri, menyambut kekalahan terhormat Ahok-Jarot di Pilkada DKI Jakarta 19 April 2019. Alih-alih juga sebagai pengakuan dan kesaksian dunia kepada Anis-Sandi yang memenangkannya dengan sangat terhormat.
Maaf. Kalau boleh penulis merenungi dan menduga. Jangan-jangan yang demikian adalah wujud Salaamun qaulan min rabbir rahiimi kepada seluruh Bangsa Indonesia umumnya. Terutama kepada warga Jakarta khususnya.
Karena punya sosok-sosok seorang Basuki Tjahaya Purnama, Djarot Saiful Hidayat, Anis Baswedan dan Sandiaga Uno. Pertarungan mereka patut diteladani Bangsa Indonesia. Karena pertarungan itu terpaksa dilakukan demi menaati undang-undang. Dan menjunjung tinggi etika bernegara—demokrasi. Warga Jakarta harus waspada jangan sampai Anis-Sandi juga hanya seperti Ahok-Jarot sebagai "pengkhianat" bagi penghuni liar warga Jakarta.
Rencana pindah ibukota
Dalam ramalan pujangga jawa Ronggowarsito. Bahwa ada tujuh satrio piningit. Dengan sebutan masing-masing dari satu sampai yang ketujuh.
Yang keenam disebut sebagai Satrio Boyong Gapuraning Projo. Dan satrio piningit ketujuh adalah Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu.
Penulis mengaku bukan penganut kepercayaan atau keyakinan apap pun. Tetapi berusaha menghargai dengan mencoba memahami pemikiran-pemikiran orang-orang masa lalu yang tetap ada hingga saat ini karena dituliskan.
Dalam penafsiran penulis yang disebut satrio piningit adalah seseorang laki atau perempuan yang terjaga dengan sangat kokoh sehingga sangat “dibatasi—diawasi,” segala perilaku dan perbuatannya. Tentu saja orang yang bersedia sangat dibatasi dan diawasi kebebasannya adalah seorang pemimpin—presiden. Terutama agar tidak sempat berselingkuh dalam hal atau bentuk apapun dengan siapapun.
Yang mungkin agak perlu diduga adalah keberadaan Satrio Piningit yang keenam yang disebut Satrio Boyong Gapuraning Projo yang mungkin bisa diartikan secara harafiah pemimpin yang memindahkan ibu kota negara. Terkait dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan—ibu kota, N.K.R.I. oleh presiden ketujuh—Presiden Jokowi.