Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlu Waspada Demo III, 2 Desember 2016?

21 November 2016   09:07 Diperbarui: 21 November 2016   09:17 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REVOLUSI SPIRITUAL

Ahok Menantang Para Penista Agama Diselesaikan di Pengadilan? 

Usai demo 411 yang hebat. Mengagumkan. Mengerikan. Sekaligus juga memalukan bagi bangsa yang beragama. Karena masalah itu hanya ada karena tuduhan semata-mata. Sabtu, esok harinya suasana Jakarta kembali pada keseharian biasa. 

Terbentangkan jelas. Bahwa pemerintah dengan jajaran aparat keamanan-ketertiban negara dan warga Jakarta tetap mampu "menguasai" semua kekuatan tersembunyi yang menyuarakan tuntutan dalam orasi-orasi  yang riuh dan poster-poster yang menghiasi seluruh gerakan para demonstran.

Dunia sungguh-sungguh terpukau. Presiden NKRI—Jokowi, menunjukkan kelas negarawan yang tidak terduga. Karena dalam demo yang serba menyulitkan pemerintah, sama sekali tidak ada senjata api yang meletus memercikkan darah. Luar biasa.

Polisi dengan sigap segera membuat gelar perkara terbuka terbatas. Langsung terlihat secara nyata oleh masyarakat dunia. Bahwa proses hukum atas Ahok sudah benar ditangani sesuai adab negara hukum. 

Polisi menetapkan dirinya sebagai tersangka menista agama mungkin juga yang sungguh diharapkan Ahok. Sebab tidak ada gunanya berbantah-bantah di ruangan publik yang membiarkan tuduhan dan fitnahan adu suara keras berargumen. Tetapi sama sekali tak punya nilai kebenaran dengan kepastian hukum yang dihormati seluruh elemen bangsa. Yang ada hanya kegaduhan yang tidak diperlukan di masyarakat .

 

Rakyat Indonesia masih menyaksikan dan sebagian ikut terlibat pertarungan sengit melalui medsos dan media elektronik.  Yang tempo hari masih disebut alam ghaib dengan mahluk-mahluk halusnya.  Sekarang mungkin sudah berubah bentuk. Yang disebut dunia maya dengan mahluk-mahluk yang disebut orang beriman dan para penista agama.

Pertarungan antara ulama-ulama Indonesia yang beribadah siang malam membina kepribadian bangsa di pesantren dan padepokan, dengan ulama-ulama yang membawa kepentingan politik di jalanan dan gedung-gedung institusi negara. 

Ulama-ulama dan umaro pasti terpilah dengan sendirinya. Golongan mana dan yang mana jelas terlihat nyata bedanya di dunia maya yang nyata. Jelas mereka berbeda dari ucap dan perilakunya terhadap kepemimpinan nasional.

Hal itu memudahkan pemerintah dan jajaran aparat untuk memberikan perlindungan kepada semua pihak yang berbeda.

Semua pertentangan kepentingan harus diarahkan ke ruang hukum masing-masing. Karena perbedaan sudut pandang diusahakan pemerintah untuk diselesaikan secara hukum. Hanya di ruang hukum yang tepat dengan menaati etika bernegara dan beragama.

Etika bernegara di NKRI harus demokrasi ala Indonesia. Sama sekali bukan demokrasi liberal yang bisa anarkis dan menyesatkan setiap bangsa dalam bernegara. 

Etika hidup beragama mutlak harus saling menghormati dan menegakkan kebenaran  setiap agama. Maksudnya, umat Islam harus ikut menjaga tegaknya kebenaran agama Nasrani, dan sebaliknya. 

Hal ini berlaku untuk semua agama yang ada di NKRI. Siapa saja, di mana saja, kapan saja harus menegakkan kebenaran semua agama. Untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan. Dan negara membutuhkan, menghormati dan melindungi keberadaan setiap agama.

Tidak perlu ada organisasi yang membela agama apa pun. Karena semua agama dijaga dan dilindungi keberadaannya oleh negara.

 

Beberapa kepentingan. Yang “terekam” dari demo bisa membuat kualitas berbangsa, bernegara dan beragama tercedera dan bisa membahayakan negara.

Sampai hari ini. Kepentingan-kepentingan itu tampaknya makin menguat karena panik. 

Ketegasan pemerintahan Presiden Jokowi untuk segera menuntaskan semua proyek yang mangkrag dan merugikan negara melalui KPK. Memang sangat penting dan harus dilakukan. Demi keadilan. 

Ketegasan Presiden Jokowi untuk menuntaskan semua pelanggaran hukum yang pernah dilakukan aparat negara. Sangat penting untuk menghormati, menghargai, mengakui dan menjaga hak rakyat sebagai pemilik negara. 

Ketegasan Presiden Jokowi perlu dilakukan demi kepentingan semua golongan.   

Kecuali golongan pemecah persatuan dan kesatuan bangsa.  Golongan pemecah persatuan dan kesatuan bangsa harus dianggap sebagai bahaya laten yang merongrong NKRI. Harus dilenyapkan.

Ketegasan Presiden Jokowi perlu dipaksakan untuk segera dilakukan. Demi masa depan kehidupan bernegara. Untuk segera siap menghadapi prediksi buruk yang panjang,  yang pasti bisa terjadi beberapa dekade mendatang yang tidak bisa dihindari negara manapun. 

Menghadapi masa depan. Hanya ada satu cara, yaitu mempertebal nasionalisme. Dengan menjaga dan meningkatkan kualitas hidup suatu bangsa. 

Kualitas hidup suatu bangsa—rakyat, tergantung kepada semangat para ulama, para guru pendidikan, para ilmuwan, para budayawan dan para penyelenggara negara mengabdikan diri pada sesamanya. 

Sementara ini banyak pihak yang punya kepentingan masing-masing merasa terancam dengan langkah-langkah yang akan ditempuh Presiden Jokowi. 

— Mereka sangat butuh mendapat jaminan pasti keselamatan dan kehormatan atas dosa-dosa masa lalu. Ada gejala mereka berusaha menekan Presiden Jokowi untuk tidak bertindak yang dianggap gegabah yang bisa mencampakkan secara abadi nama baik mereka dalam catatan sejarah NKRI yang ditulis dalam kitab besar dengan tinta emas.

— Ada pula sementara pihak yang mimpi ingin kembali bisa bebas dan sah mengambil kekayaan bangsa dan negara. Termasuk bisa bebas menggelapkan kekayaannya sendiri. Supaya          terbebas ancaman otete KPK.

— Masih ada pula sisa-sisa pihak yang sejak proklamasi terus berjuang untuk bisa melenyapkan NKRI yang berdasar Pancasila. Dan menggantikan dengan NKRI berdasar agama seperti ide ustadz Baasyier.

— Dan ada ambisi pihak-pihak yang berjubah dajjal—mafia atau nekolim. Secara diam-diam ingin tetap bisa bermain di NKRI. Mereka tidak ingin berkuasa. Tetapi sangat ambisi ingin bisa      menguasai mereka yang berkuasa dengan segala cara.

— Kepentingan sementara golongan yang minta diakui sederajat atau lebih  tinggi dari kekuasaan negara.  Dan merasa paling berhak melindungi golongannya.

— Ada kepentingan sementara pihak yang bernafsu untuk segera mengganti Presiden Jokowi yang dinilai terlalu lamban seperti rakyat biasa. Tetapi menakutkan bagi yang memusuhi.

— Kepentingan mereka yang terus menyesali kejadian wakil demonstran yang tidak mau diterima para pejabat negara yang diperintah Presiden. Ada apa ya?

— Kepentingan beberapa pihak yang ingin membuat Presiden Jokowi seperti serba salah langkah. Tidak beda dengan SBY.

— Kepentingan menjatuhkan Ahok dengan menuduh menista agama, ulama dan Quran.  Dan memaksa polisi untuk menahan Ahok yang sudah ditetapkan jadi tersangka menista agama.

 

Masih demikian banyak kepentingan yang panik lalu mengancam akan demo lagi 2 Desember 2016? 

Sementara yang terlihat terang benderang hanya Ahok. Entah Habib Rizieq dan  Desmond Junaedi yang sama-sama menistakan semua orang beragama yang menista agama yang dianut.

Perbedaan Ahok, Habib Rizieq dan Desmond J, hanya posisi atau peran masing-masing dalam cara mengucap. Bukan berlawanan. Tetapi mungkin ada yang berkepentingan kepada ketiganya untuk diperlakukan beda. Alias diskriminasi.

 

Bangsa Indonesia bangsa yang sabar. Dan terlalu hati-hati. Tetapi demi keselamatan Bangsa dan NKRI, Islam mengajarkan bahwa jika dalam keadaan bahaya untuk tidak ragu mencabut pedang dan memenggal siapa pun yang memecah persatuan bangsa.

Jika dianggap akan ada ancaman kekacauan di NKRI. Umat Islam Indonesia hendaknya berkenan menyimak hadis berikut.

Dari ‘Arfajah r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Nanti akan terjadi bencana dan kekacauan. Maka siapa yang memecah belah persatuan umat ini, penggallah dengan pedangmu, siapapun dia.” (hadis shahih Muslim, 1817).

Dari ‘Arfajah r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Bila datang kepadamu seorang yang hendak mematahkan tongkatmu atau memecah belah persatuan kamu, pada hal kamu bersatu dibawah satu pimpinan (yang baik), maka bunuhlah dia!” (hadis shahih Muslim, 1818)

Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Apabila dibai’at (diangkat) khalifah tandingan(sehingga terdapat dua khalifah), maka bunuhlah yang terakhir.” (hadis shahih Muslim, 1819)

Para pemimpin NKRI saat ini adalah pewaris sejati amanah para pendiri NKRI.  Tidak perlu harus menghunus pedang. Jika cukup hanya dengan menyatakan MUI dan FPI bubar dan terlarang di bumi nusantara. Maka siapa dan apa pun yang nyata-nyata  perusak Islam di NKRI  pasti harus dilenyapkan.

Di NKRI keberadaan Islam abadi pada setiap zaman.  Karena para ulama Indonesia menjiwai dan melanggengkan keagungan Rasulullah saw.  di dalam dirinya.  Yaitu para ulama  yang tidak ada di MUI dan yang tidak terlibat dengan ulah FPI  dan ormas-ormas sejenisnya.

Bangsa Indonesia dan Islam tidak perlu dibela MUI dan FPI.  Kejayaan Indonesia abadi dengan Hindu, Budda, Nasrani dan Islam di dalamnya.

 

Demikian. Salam bahagia sejahtera bagi yang sempat membaca tulisan ini. Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun