Bang Ali berani membangun semuanya dengan uang perjudian. Yang tidak mungkin dilakukan oleh gubernur siapapun. Termasuk oleh Ahok sendiri.
Pada zamannya. Bang Ali tahu bahwa secara nyata ada miliaran rupiah tanpa pajak bertumpuk-tumpuk dimeja judi setiap hari. Di Jakarta.
Bang Ali tidak melarangnya karena judi mungkin dianggap bukan tindak kejahatan. Hanya sebuah permainan dengan uang yang disenangi  mereka yang  bermain judi semata.
Ajaran agama memang melarang berjudi. Dan orang beragama yang baik pasti tidak mau ikut berjudi walaupun negara mengizinkan perjudian.
Bang Ali satu-satunya seorang pemimpin yang berani melegalkan perjudian dalam berbagai bentuk.
Di Jakarta ada taruhan berhadiah mungkin ala cina yang dulu dikenal dengan sebutan hwa-hwe.
Ada balapan anjing yang disebut Greyhound di senayan, ada Hailai di Ancol, ada Petak IX di kawasan Glodok, ada pacuan kuda di Pulomas.
Dan ada pula jackpot di mana-mana terutama di naitklub-naitklub dan di stiembath-stiembath yang menjamur di mana-mana.
Berbagai kupon taruhan tersedia di mana-mana. Ada es-de-es-be yang disertai taruhan buntutnya. Ada nalo, lotto dan totalisator dan lain-lain.
Waktu itu warga Jakarta tampak seperti bersemangat dengan adanya judi undian yang legal. Banyak pintu rumah membuka meja taruhan.
Masyarakat hafal seratus nomor gambar khusus dengan cerita tentang yang digambarkan lengkap dengan nomor-nomor lawannya—kebalikannya.