REVOLUSI SPIRITUAL
Pilkada 2017 sudah di depan mata.
Rakyat akan dipersilahkan oleh negara untuk memilih pasangan cagub-cawagub yang dipercaya sebagai pasangan terbaik dari mereka yang terbaik untuk menerima mandat dari rakyat sebagai gubernur kepala daerah dan wakilnya. Di daerah masing-masing.
Semua calon yang ditampilkan dalam pilkada dipastikan sah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan undang-undang.
Tidak ada larangan memilih pasangan tertentu karena faktor tertentu. Melarang orang lain memilih pilihannya adalah tindakan bertentangan dengan undang-undang dan melawan hukum. Bisa dituntut di pengadilan dan dikenai sanksi atau dihukum.
Akhir-akhir ini ramai terbaca di dunia maya—medsos. Amien Rais, Hidayat Nurwahid dan beberapa orang yang lain. Terkesan seperti minta—memprovasi, kepada warga Jakarta yang sudah tidak sebodoh yang mereka duga. Untuk tidak memilih patahana Ahok.
Siapa yang harus dipilih dan kenapa dia yang harus dipilih? Amien Rais, Hidayat Nurwahid dan mereka yang “didekatnya” tidak berani menyebutkan namanya. Atau mungkin karena belum tahu kalau tidak atau belum ada orangnya.
Apakah warga Jakarta harus memilih Yusril atau Sandiaga? Boleh saja. Tetapi janganlah ada provokasi yang melarang warga Jakarta memilih Ahok.
Warga Jakarta akan tak peduli dengan siapa Yusril, Sandiaga Uno, Amien Rais atau Hidayat Nurwahid yang baru bisa omong saja menjanjikan akan ada yang lebih baik dari Ahok.
Sementara ini warga Jakarta sedang menanti hasil kerja Gubernur Ahok selesai dengan sempurna. Membangun dan menyejahterakan warga Jakarta dan terbebas dari bahaya laten korupsi, premanisme, mafia dan kemunafikan birokrat.
Pilkada 2017. Mudah-mudahan merupakan tanda awal pemimpin seluruh Indonesia adalah jajaran pemimpin yang Pancasilais.