Mohon tunggu...
Asfira Zakia
Asfira Zakia Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi

E= mc2

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Cogito Ergo Sum"

5 Juli 2019   10:10 Diperbarui: 5 Juli 2019   10:12 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Sanskerta.com

"Lupakan sesuatu yang tidak penting"

"Tapi sesuatu yang tidak penting itu suatu saat bisa menjadi hal yang penting"

"Tapi kalau memprioritaskan yang tidak penting, yang seharusnya penting akan menjadi tidak penting"

"Aku mulai bingung. Baiklah, aku menurut saja. Ayo kita pulang!" Ia menggandeng lengan gadis pirang itu menyusuri jalan setapak di hadapannya sembari merapikan rambut kecoklatannya yang diterpa angin malam.

Senandung langkah kaki yang tak lagi mengiringi, dan rahasia yang hanya bergumul di dalam hati. Semua masih semu, isak tangis yang dilebur gelap dengan beku, diantara ragu yang dibungkam sembilu dan gelak tawa yang diseduh bisu.

Seiring waktu berjalan, dalam lorong-lorong kebisuan. Tak ada kabar, tak ada cerita yang terdengar. Di ujung tandus harapan yang hampir habis dicakar maut perjanjian, terlihat gadis berambut cokelat dengan langkah cepat ia menyusuri gang sempit di sebuah kota tak jauh dari tempat tinggalnya.

Matanya berbinar, wajahnya bersinar seakan ia tidak sabar untuk mendengar kabar bahagia dari kawannya. Ia membuka pintu sebuah rumah sederhana di sudut kota dengan aneka bunga yang berjajar rapi membentuk pola-pola geometri.

"Raya! Apa kabarmu? Aaaaaa!!!!" Seketika ia jatuh hilang kesadaran. Dihadapannya ada sepasang kaki yang bergantungan di dinding kamar tamu depan. Sepasang kaki mungil kawannya. Sedang kepalanya berlilitkan tali. Wajahnya pucat pasi. Tetesan darah mengalir dari mulut sang gadis berambut pirang itu. Mengerikan.

Sesaat gadis berambut coklat membuka matanya tatkala ia mendengar suara sirine polisi dan kerumunan orang-orang. Ia terbangun di sudut luar rumah itu diantara banyaknya orang yang lalu lalang. Berjalan namun kehilangan keseimbangan. Ia terlihat kebingungan. Melihat mayat temannya tak berdaya dimasukkan dalam mobil ambulance dalam kondisi yang mengenaskan, ia menutup rapat-rapat wajahnya. Air matanya tak kunjung berhenti. 

Isak tangisnya semakin kencang sampai ia temukan kertas bernoda yang ia temukan di sekitar tempat kejadian. Kertas usang dengan goresan tinta hitam dengan banyak tetesan noda merah bertuliskan 'Cogito Ergo Sum'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun