"Ingat! Cogito Ergo Sum!"
Gadis berambut pirang itu menatap kawannya. Alisnya mengerut. Matanya sembab dan berkaca-kaca.
"Cogito Ergo Sum?"
"Apa kau lupa? Semboyan kita saat kita masih kanak-kanak. Semboyan yang selalu kita nyanyikan di bawah cahaya rembulan. Saat kita bermimpi menjadi seorang ilmuwan dan teknisi hebat. Cogito Ergo Sum! Saya berpikir, maka saya ada! Tidak peduli betapa pun asam keraguan menggerogoti , pada hakikatnya keraguan tidak dapat menelan habis dasar dari keberadaannya sendiri."
"Yaitu eksistensi dari orang yang meragukan."
"Ya, benar. Oleh karenanya, salah satu cara untuk menentukan sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan yaitu melihat seberapa jauh hal itu bisa diragukan."
"Apakah itu artinya ketika kita mencoba meragukan sebanyak mungkin pengetahuan kita, maka kita akan mencapai titik yang tidak bisa diragukan, sehingga pengetahuan kita dapat dibangun di atas dasar kepastian absolut?"
"Ya, keraguan yang diteruskan sejauh-jauhnya, akhirnya akan membuka tabir sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi. Yakin saja, kau pasti bisa. Ketika kau meletakkan sejuta harap pada Tuhan, alam akan bahu-membahu memberikan pertolongan" Ucapnya pelan seraya membelai gadis berambut pirang kawannya. Gadis pirang itu hanya mengangguk perlahan.
"Lupakan saja ucapanku tadi. Mari kita pulang" Kata gadis berambut pirang.
"Tunggu! Kenapa kau suka sekali menyuruhku untuk melupakan sesuatu?"
Gadis pirang itu hanya tersenyum sembari mengusap sisa-sisa air matanya.