PEMANFAATAN CLOSED-CIRCUIT TELEVISION (CCTV) ATAU KAMERA PENGAWAS SEBAGAI PENANGGULANGAN PELECEHAN SEKSUAL PADA STASIUN MANGGARAIÂ
Oleh:
- Bagus Rahmadani         (2310501004)Â
- Nadine Sadiya             (2310501005)Â
- Syahrul Dwi Cahyadi      (2310501008)Â
- Dewi Puspitasari          (2310501006)Â
- Muhammad Asfha Dhafi  (2310501001)Â
- Fadl Ramdhani            (2310501007)Â
- Muhammad Fachrurrozy (2310501003)Â
- Ghefira Ainur Rahima     (2310501002)Â
D3 Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, UPN "Veteran" JAKARTA upnvj@upnvj.ac.idÂ
Dosen Pengampu : Ahmad Muzaki,M.Pd. Ir. Yuliana Yuli W,MM.,MH
Email : 2310501001@mahasiswa.upnvj.ac.idÂ
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah kasus pelecehan seksual yang dapat terjadi di berbagai tempat, seperti di stasiun kereta api. Korban pelecehan seksual dapat mengalami akibat fisik, emosional, dan psikologis yang merugikan. Akibatnya, upaya diperlukan untuk mencegah dan menangani pelecehan seksual ini. Kamera pengawas, juga dikenal sebagai Closed-Circuit Television (CCTV), telah banyak digunakan untuk memantau dan mengawasi suatu lokasi. CCTV memberikan rasa aman bagi masyarakat, membantu dalam mengidentifikasi pelaku kejahatan, dan memberikan bukti yang kuat untuk proses hukum. Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini antara lain:1)Mengidentifikasi Tingkat Pelecehan Seksual. 2)Menganalisis Keefektifan CCTV atau Kamera Pengawas. 3)Mempelajari Dampak Positif dan Negatif. 4)Mengedukasi Masyarakat. 5)Meningkatkan Kesadaran Masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan cara Wawancara Mendalam, Observasi tidak langsung, Analisis kualitatif. Pembahasan Hasil Penelitian dari Wawancara 4 Orang Terkait Pemanfaatan CCTV dalam Penanggulangan Pelecehan Seksual di stasiun manggarai : Wawancara melibatkan narasumber dengan beragam pandangan. Beberapa narasumber mengakui bahwa pelecehan seksual terjadi, namun, tingkat kesadaran masyarakat terhadap frekuensinya mungkin masih rendah. Pemahaman tentang peran CCTV dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman terlihat jelas, walaupun ada perbedaan pendapat mengenai sejauh mana CCTV dapat mencegah pelecehan. Kata kunci: CCTV, pelecehan seksual, penanggulangan, stasiun
AbstractÂ
This research is motivated by the problem of sexual harassment cases that can occur in various places, such as train stations. Victims of sexual harassment may experience detrimental physical, emotional, and psychological consequences. As a result, efforts are needed to prevent and address this form of sexual harassment. Surveillance cameras, also known as Closed-Circuit Television (CCTV), have been widely used to monitor and supervise a location. CCTV provides a sense of security for the community, assists in identifying perpetrators of crime, and provides strong evidence for legal proceedings. The objectives of this research include: 1) Identifying the level of sexual harassment. 2) Analyzing the effectiveness of CCTV or surveillance cameras. 3) Studying positive and negative impacts. 4) Educating the public. 5) Increasing public awareness. This research is conducted through In-Depth Interviews, Indirect Observation, and Qualitative Analysis. Discussion of the research results from interviews with four individuals related to the utilization of CCTV in combating sexual harassment at Manggarai station: The interviews involve respondents with diverse perspectives. Some respondents acknowledge that sexual harassment occurs, but the level of public awareness of its frequency may still be low. Understanding the role of CCTV in creating a safer environment is evident, although there are differing opinions on how much CCTV can prevent harassment. Keywords: CCTV, Sexual harassment, Prevention, StationÂ
PendahuluanÂ
Pelecehan seksual adalah masalah besar yang dapat terjadi di berbagai tempat, seperti di stasiun kereta api. Korban pelecehan seksual dapat mengalami akibat fisik, emosional, dan psikologis yang merugikan. Akibatnya, upaya diperlukan untuk mencegah dan menangani pelecehan seksual ini. Kamera pengawas, juga dikenal sebagai Closed-Circuit Television (CCTV), telah banyak digunakan untuk memantau dan mengawasi suatu lokasi. CCTV memberikan rasa aman bagi masyarakat, membantu dalam mengidentifikasi pelaku kejahatan, dan memberikan bukti yang kuat untuk proses hukum. Salah satu cara untuk menghentikan pelecehan seksual adalah dengan memasang kamera CCTV di stasiun kereta api, seperti Stasiun Manggarai. Adanya kamera CCTV memungkinkan petugas keamanan melihat keadaan di stasiun secara real-time dan segera mengambil tindakan jika terjadi pelecehan seksual. Pemasangan kamera CCTV juga dapat membantu mencegah pelecehan seksual. Dengan rekaman CCTV, polisi dapat mengidentifikasi pelaku dan korban pelecehan seksual. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif penggunaan kamera pengawas atau kamera CCTV sebagai cara untuk mencegah pelecehan seksual di Stasiun Manggarai. Penelitian ini akan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan analisis konten rekaman CCTV. Harapannya adalah hasil penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan rekaman CCTV untuk mencegah pelecehan seksual. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak terkait, seperti pihak keamanan dan manajemen stasiun, membuat kebijakan dan metode yang lebih baik untuk menangani pelecehan seksual.
PermasalahanÂ
1. Bagaimana tingkat pelecehan seksual di Stasiun Manggarai saat ini, dan apakah penggunaan CCTV atau kamera pengawas dapat membantu mengurangi insideninsiden tersebut?Â
2. Apa peran teknologi CCTV atau kamera pengawas dalam mendeteksi, merekam, dan mencegah tindakan pelecehan seksual di stasiun kereta api?Â
3. Apa dampak positif dan dampak negatif penggunaan CCTV atau kamera pengawas dalam upaya penanggulangan pelecehan seksual, termasuk privasi dan kebebasan individu?Â
4. Apakah efektivitas penggunaan CCTV atau kamera pengawas dalam penanggulangan pelecehan seksual dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti penempatan kamera, jumlah kamera, dan kecanggihan teknologi yang digunakan?Â
5.Bagaimana respons masyarakat terhadap penggunaan CCTV atau kamera pengawas dalam konteks keamanan di stasiun kereta api?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi Tingkat Pelecehan Seksual.Â
2. Menganalisis Keefektifan CCTV atau Kamera Pengawas.Â
3. Mempelajari Dampak Positif dan Negatif.Â
4. Mengedukasi Masyarakat.Â
5. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat.Â
Tinjauan PustakaÂ
CCTV adalah kamera video digital yang digunakan untuk memantau dan mengirimkan sinyal video ke area dan sinyal akan dikirim pada layar komputer. Adapun pungsi camera. Kamera CCTV berfungsi untuk memantau situasi di lokasi, yang pada dasarnya berkaitan dengan keamanan dan jugakejahatan, seperti yang terjadi suatu kejahatan, sehingga dapat terekam oleh kamera yang dapat digunakan sebagai komponen alat bukti.(Pranata, 2019). Salah satu alasan utama mengapa banyak orang yang lebih memilih kereta api daripada cara lain untuk pergi darat adalah karena hal ini. Namun, orang yang menggunakan kereta api harus rela untuk berdesak-desakan saat menggunakannya. Namun, para pelaku yang tidak bertanggung jawab juga memanfaatkan keadaan ini untuk merusak penumpang lainnya. Penumpang kereta api sering mengalami pelecehan seksual.(Fellycia, 2021). Pemasangan CCTV saat ini cukup efektif dalam menangani kasus pelecehan seksual yang semakin meningkat karena CCTV dapat menangkap gambar dengan detail, sehingga korban pelecehan seksual tidak perlu takut untuk melaporkannya.(Fellycia, 2021). Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kamera pengawas CCTV akan mempermudah pekerjaan petugas keamanan untuk memantau dan menjaga keamanan. Clarke menyatakan bahwa konsep kontrol akses termasuk adanya konsep halang rintang fisik. MRT sudah memiliki akses kontrol fisik, seperti gate in/out, pos keamanan, dan CCTV.(Gunawan, 2022).Â
Metode PendekatanÂ
Penelitian KualitatifÂ
1.Wawancara Mendalam Wawancara Terstruktur: Melakukan wawancara dengan petugas PT. KAI COMMUTER, dan masyarakat di sekitar Stasiun Manggarai. Wawancara ini akan mendalam untuk memahami aktivitas sehari-hari terkait keamanan dan pengawasan di stasiun Manggarai.Â
2.Observasi tidak langsung Salah satu metode yang berguna untuk penelitian kualitatif adalah observasi tidak langsung melalui wawancara mendalam. Metode ini dapat digunakan untuk memahami perspektif dan pengalaman orang-orang yang terlibat dalam laporan penelitian "PEMANFAATAN CLOSEDCIRCUIT TELEVISION (CCTV) ATAU KAMERA PENGAWAS SEBAGAI PENANGGULANGAN PELECEHAN SEKSUAL PADA STASIUN MANGGARAI." Berikut adalah langkahlangkah yang harus diikuti untuk pendekatan ini:
 a) Identifikasi Responden: Mengidentifikasi demografi responden untuk diwawancarai. Anda dapat memilih petugas keamanan, manajer stasiun, penumpang, atau pihak lain yang memiliki pengalaman dan pemahaman yang relevan tentang penggunaan CCTV dalam penelitian ini.
 b) Persiapan Pertanyaan Wawancara: Susun daftar pertanyaan wawancara yang dimaksudkan untuk mengeksplorasi perspektif dan pengalaman responden mengenai pemanfaatan kamera CCTV untuk menghentikan pelecehan seksual di Stasiun Manggarai. Pastikan pertanyaan ini sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian Anda.Â
c) Melakukan Wawancara Mendalam: Jadwalkan wawancara dengan responden yang telah Anda kenali. Saat melakukan wawancara yang mendalam, buat suasana yang nyaman dan biarkan responden berbicara bebas. Rekam wawancara untuk memudahkan analisis lebih lanjut.Â
d) Analisis Data: Analisis data wawancara setelah selesai. Identifikasi topik-topik utama yang muncul dalam jawaban responden, kemudian kategorisasikan topik-topik ini dan nilai relevansinya untuk penelitian Anda. e) Intrepretasi dan kesimpulan: Hasil analisis data harus digunakan untuk memahami pandangan dan pengalaman responden terkait dengan penggunaan CCTV. Kesimpulan dari analisis data ini harus mendukung temuan penelitian Anda dan membantu Anda membuat rekomendasi atau kesimpulan untuk laporan penelitian.Â
f)Dokumentasi: Dalam laporan penelitian, catat hasil wawancara dan kesimpulan Anda dengan baik. Untuk mendukung kesimpulan Anda, sertakan kutipan dari responden yang relevan. Penelitian observasi tidak langsung yang melibatkan wawancara mendalam dapat memberikan informasi bermanfaat tentang pandangan dan pengalaman orang-orang yang terlibat dalam penggunaan kamera CCTV di stasiun.Â
3.Analisis kualitatif Metode analisis kualitatif adalah pendekatan yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggali makna dalam data wawancara, observasi, atau materi kualitatif lainnya. Dalam hal ini, data yang dianalisis adalah hasil dari wawancara dengan narasumber terkait pemanfaatan CCTV dalam penanggulangan pelecehan seksual di Stasiun Manggarai. Analisis kualitatif memungkinkan peneliti untuk menjelaskan dan memahami sudut pandang dan pengalaman narasumber dalam konteks penelitian yang lebih luas.Â
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembahasan Hasil Penelitian dari Wawancara 4 Orang Terkait Pemanfaatan CCTV dalam Penanggulangan Pelecehan Seksual di stasiun manggarai : Wawancara melibatkan narasumber dengan beragam pandangan. Beberapa narasumber mengakui bahwa pelecehan seksual terjadi, namun, tingkat kesadaran masyarakat terhadap frekuensinya mungkin masih rendah. Pemahaman tentang peran CCTV dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman terlihat jelas, walaupun ada perbedaan pendapat mengenai sejauh mana CCTV dapat mencegah pelecehan. Pendapat yang menonjol adalah keefektifan CCTV dipandang dari dua sisi. Beberapa melihatnya sebagai langkah yang cukup efektif, sementara yang lain menyoroti pentingnya pengawasan manusia di titiktitik rawan. PT. KAI COMMUTER diakui menggunakan teknologi CCTV ANALITIK, dan ada rencana penambahan infrastruktur pada tahun 2024 untuk meningkatkan respons dan efisiensi. Kerja sama dengan otoritas terkait dan pentingnya bukti CCTV dalam penanganan kasus pelecehan juga menjadi sorotan. Selain itu, ditekankan peran aktif penumpang dalam menjaga keamanan dengan memberikan saran untuk tindakan cepat saat terjadi pelecehan. Secara keseluruhan, hasil wawancara menunjukkan kompleksitas isu pelecehan seksual di Stasiun Manggarai, dengan berbagai pandangan mengenai peran dan efektivitas CCTV serta upaya pencegahan yang perlu dilakukan.Â
Hasil pengamatanÂ
1. Peran CCTV dalam Deteksi Pelecehan Seksual: Penumpang mengungkapkan bahwa CCTV digunakan untuk mengawas dan mencegah terjadinya pelecehan seksual.Â
2. Respons Cepat: Penumpang merasa bahwa CCTV memungkinkan mereka untuk merespons insiden dengan lebih cepat. Mereka dapat melacak keberadaan petumpang yang merasa terancam atau membutuhkan bantuan.Â
3. Peningkatan Rasa Aman: Penumpang melaporkan bahwa sudah merasa lebih aman dengan adanya CCTV. Mereka mengatakan bahwa sudah lebih percaya diri melaporkan insiden pelecehan seksual karena mereka tahu bahwa tindakan tersebut dapat terdokÂ
Video luaran atau output hasil wawancara yang telah kami buat :
PembahasanÂ
Tingkat pelecehan seksual di Stasiun Manggarai saat ini tidak disebutkan secara spesifik dalam sumber yang diberikan. Namun, sebanyak 70 kasus pelecehan seksual terjadi di KRL Commuter Line di tahun 2022. Teknologi CCTV atau kamera pengawas dapat membantu mendeteksi, merekam, dan mencegah tindakan pelecehan seksual di stasiun kereta api. Dampak positif meliputi meningkatkan keamanan, namun dampak negatif meliputi ketahanan privasi. Efektivitas penggunaan CCTV atau kamera pengawas dalam penanggulangan pelecehan seksual dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti penempatan kamera, jumlah kamera, dan kecanggihan teknologi yang digunakan.Masyarakat di stasiun kereta api merasa lebih aman dengan penggunaan CCTV atau kamera pengawas. Pada tahun 2010, Menteri Perhubungan Indonesia, Freddy Numberi meresmikan gerbong Kereta Api Khusus Wanita (KKW) di Depok, Jawa Barat sebagai salah satu wujud pelayanan transportasi Kereta Api terhadap publik. Kereta Api Khusus Wanita bertujuan untuk mengurangi tingkat pelecehan seksual dan perilaku kekerasan terhadap wanita di dalam angkutan umum. Dengan adanya gerbong kereta api khusus wanita diharapkan para perempuan pekerja maupun perempuan yang membawa anak kecil (batas usia 10 tahun) mendapatkan keamanan dan kenyamanan, sehingga kereta api ini akan menjadi alternatif transportasi yang lebih menarik jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya (Dephub, 2010) .
PenutupÂ
Hasil analisis data dari wawancara yang dilakukan pada empat individu menunjukkan bahwa masalah pelecehan seksual di Stasiun Manggarai sangat kompleks. Meskipun pendapat berbeda tentang apa yang dilakukan CCTV, semua orang tahu betapa pentingnya menggabungkan teknologi dengan pengawasan manusia. Diakui bahwa berkolaborasi dengan petugas dan berpartisipasi secara aktif di antara penumpang merupakan bagian penting dari menciptakan lingkungan yang lebih aman di stasiun. Meskipun ada hambatan, upaya untuk meningkatkan sistem keamanan terus dilakukan melalui penggunaan teknologi canggih dan partisipasi aktif semua pihak. Â Tingkat pelecehan seksual di Stasiun Manggarai saat ini tidak disebutkan secara spesifik dalam sumber yang diberikan. Namun, sebanyak 70 kasus pelecehan seksual terjadi di KRL Commuter Line di tahun 2022 , teknologi CCTV atau kamera pengawas dapat membantu mendeteksi, merekam, dan mencegah tindakan pelecehan seksual di stasiun kereta api, dampak positif meliputi meningkatkan keamanan, namun dampak negatif meliputi ketahanan privasi, efektivitas penggunaan CCTV atau kamera pengawas dalam penanggulangan pelecehan seksual dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti penempatan kamera, jumlah kamera, dan kecanggihan teknologi yang digunakan, masyarakat di stasiun kereta api merasa lebih aman dengan penggunaan CCTV atau kamera pengawas.Â
SaranÂ
Kampanye kesadaran masyarakat tentang pelecehan seksual dan peran CCTV dalam menjaga lingkungan aman sinergi kuat antara masyarakat, petugas keamanan, dan pihak berwenang Mengoptimalkan teknologi CCTV, termasuk CCTV ANALITIK, untuk mendeteksi dan mencegah pelecehan. menambahkan pengawas manusia ke lokasi rawan dan memberikan pelatihan kepada petugas keamanan Penanganan pelecehan yang cepat dan adil, serta dukungan kepada korban Pemanfaatan media sosial untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelecehan seksual. lebih banyak kontrol dan sanksi yang tegas untuk pelanggaran. Evaluasi rutin terhadap seberapa efektif tindakan keamanan dan membangun solusi yang fleksibel. Â
Ucapan Terima KasihÂ
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung Terima kasih kepada: Bapak Humas PT.KAI COMMUTER (Bapak Suwandhana), bapak/ibu dosen pembimbing yaitu Pak Ahmad Muzaki, M.Pd. dan Ir. Yuliana Yuli W. MM. MH. yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berharga dalam penyusunan tugas proyek ini, Teman-teman sekalian yang telah memberikan dan bantuan dalam pelaksanaan tugas proyek ini. Semua kontribusi dan dukungan yang diberikan oleh pihak-pihak tersebut sangat berarti bagi saya dalam menyelesaikan tugas proyek ini. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya dan semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kesuksesan dalam setiap langkah kita ke depan.
ReferensiÂ
Gunawan, E., & Margaret, M. (2022).Â
Situational Crime Prevention terhadap Pelecehan Seksual di Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Anomie, 4(1), 1-10.Â
Lauwtania, Fellycia.Â
"Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Perkeretaapian Terkait Dengan Pelecehan Seksual yang Terjadi di Atas Kereta Api Dikaji Oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus PT. Kereta Api Indonesia)."Â Binamulia Hukum 10.1 (2021): 69-78.Â
Pranata, I. D. A. M. K., Nahak, S., & Widyantara, I. M. M. (2019).Â
Peranan Closed Circuit Television (CCTV) Sebagai Alat Bukti Dalam Persidangan Perkara Pidana. Jurnal Analogi Hukum, 1(2), 163- 168. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H