Mohon tunggu...
Asep SuhendiArifin
Asep SuhendiArifin Mohon Tunggu... Lainnya - Manajemen

Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mutu Pendidikan

2 Januari 2019   12:54 Diperbarui: 6 Juli 2021   07:30 3876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Mutu Pendidikan (unsplash/annie spratt)

Pengertian Mutu Pendidikan

Menurut Suderajat (2004:142 ) bahwa pada saat ini pendidikan yang berkualitas seperti sinonim dengan pendidikan elit dan mahal, padahal tidak selalu yang mahal itu bermutu, meskipun disadari bahwa diperlukan adanya komponen pendidikan yang minimal sesuai dengan standar kebutuhan bagi penyelenggaraan pendidikan bermutu.

Dalam aspek produksi misalnya, mutu merupakan kebutuhan pokok, sebab kemajuan suatu usaha sangat ditentukan oleh mutu sesuai dengan tuntutan pengguna. Mutu ternyata bukan saja milik dunia bisnis, tetapi secara spesifik sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang bermutu, melalui lulusan yang bermutu diharapkan akan tersedia sumber daya manusia yang bermutu.

Sukmadinata (2002:10 ) mengemukakan pendapat tentang mutu sebagai berikut.

Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, mutu profesionalisme dan kinerja guru, dan lain-lain. 

Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, dan fasilitas pendidikan, media dan sumber belajar, alat dan baha latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak terkait dengan pendidikan. Memang semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut akhirnya berujung pada rendahnya mutu lulusan.

Baca juga : Mutu Pendidikan di Era Globalisasi

Membicarakan mutu lulusan, mutu pengajaran, mutu bimbingan dan latihan, mutu profesionalisme, kinerja guru, dan lain-lain pada dasarnya merupakan pembicaraan mengenai mutu pendidikan. Kualitas bukan merupakan titik akhir, melainkan sebagai sarana agar barang dan jasa selalu berada di atas standar. Dalam dunia pendidikan saat ini dikenal adanya standar konpetensi,dan kompetensi dasar. Suatu barang disebut berkualitas bila barang tersebut memenuhi tujuan pembuatannya atau standar yang telah ditentukan.

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia menghasilkan SDM yang bermutu rendah, akibatnya sebagian besar tenaga kerja Indonesia tidak terserap oleh lapangan kerja yang ada karena tidak memiliki kompetensi / kemampuan yang diinginkan oleh lembaga penerima tenaga kerja tersebut.

Dengan melihat tantangan tersebut, Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 telah menetapkan berbagai kebijakan dan upaya antara lain terus mengupayakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta mengembangkan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah dan masyarakat, sejalan dengan era desentralisasi pendidikan.

Baca juga : Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Khusus berkenaan dengan mutu dan relevansi di samping mengembangkan kurikulum pendidikan yang berbasis kompetensi (Kurikulum Berbasis Kompetensi ) juga mengarahkan sistem pendidikan di berbagai jalur.

Jenis dan jenjang pendidikan pada pendidikan kecakapan/keterampilan hidup (life skill) melalui pendekatan Broad Based Education (BBE) atau pendekatan yang berbasis kepada kebutuhan masyarakat luas guna menghadapi era global. Dengan demikian dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan Sekolah Dasar yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja intemasional.

Memperhatikan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa pembicaraan mengenai mutu pendidikan pada dasarnya pembiacaraan tentang mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, mutu profesionalisme dan kinerja guru, dan lain-lain. 

Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pimpinan pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, dan fasilitas pendidikan, media dan sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak terkait dengan pendidikan.

Baca juga : Konstribusi Generasi Milenial terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Bangsa

 Dasar-dasar Program Mutu Pendidikan

Pembahasan berikutnya tentang dasar-dasar program mutu pendidikan. Pembicaraan tentang ini, paling tidak membahas hal-hal yang berkenaan dengan perubahan; pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada; mempunyai visi yang jelas tentang masa depan; serta mempunyai rencana yang jelas. 

Sukmadinata (2002: 11) mengemukakan 4 (empat) dasar, yaitu (a)Komitmen pada perubahan, (b) Pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada, (c) Mempunyai visi yang jelas tentang masa depan, (d) Punya rencana yang jelas

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa para pemimpin atau kelompok yang ingin menerapkan program mutu, harus memiliki komitmen atau tekad untuk berubah, sebab peningkatan mutu intinya adalah melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, lebih berbobot. 

Perubahan biasanya menimbulkan rasa takut, komitmen dapat menghilangkan rasa takut. Banyak kegagalan yang dialami dalam melaksanakan perubahan karena melakukan sesuatu sebelum sesuatu itu jelas.

Selanjutnya, perubahan yang akan dilakukan hendaknya didasarkan atas visi tentang perkembangan, tantangan, kebutuhan, masalah, peluang yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Visi tersebut pada awalnya hanya dimiliki oleh pimpinan atau seorang inovator, tetapi kemudian ditularkan kepada orang-orang yang akan terlibat dalam perubahan tersebut. 

Visi dapat menjadi pedoman yang akan membimbing tim dalam perjalanan pelaksanaan program mutu. Mengacu kepada visi, maka tim menyusun rencana yang jelas. Rencana menjadi pegangan dalam proses pelaksanaan program mutu. Pelaksanaan program mutu dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. 

Faktor-faktor internal dan ekstemal itu akan selalu berubah. Rencana harus selalu diupdated sesuai perubahan perubahan tersebut. Tak ada program mutu yang stagnan (berhenti), dan tidak ada dua program yang identik, karena program mutu selalu didasarkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Program mutu merefleksikan lingkungan pendidikan di mana ia berada.

B. Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan

Peningkatan kualitas pendidikan perlu merata, baik di kota maupun di daerah-daerah. Sarana /prasarana penunjang perlu disebar secara merata, pelatihan bagi tenaga profesional perlu terus dijalankan secara merata pula., dan. lain-lain. Pendek kata, penyelenggaraan pendidikan di perkotaan dengan daerah-daerah tidak ada kesenjangan yang berarti. 

Konsekuensi dari keadaan semacam ini, adalah perlu adanya peningkatan anggaran pendidikan, memang mahal tetapi akan mampu mengangkat derajat bangsa Indonesia ke depan yang lebih maju lagi. Pemerintah harus berani mengambil resiko dengan ditambahnya anggaran pendidikan, demikian pula para pelaku pendidikan di sekolah-sekolah, misalnya dituntut keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan mutu pendidikan kita.

Pembicaraan mengenai peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, tidak pernah berhenti, dan bahkan tidak akan pernah berhenti. Pembicaraan mengenai peningkatan kualitas pendidikan ini, bahkan sampai tingkat internasional.

Berkenaan dengan prinsip-prinsip peningkatan mutu pendidikan, ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional di bidang pendidikan. Manajemen mutu merupakan alat yang dapat digunakan oleh para progesional pendidikan memperbaiki sistem pendidikan bangsa kita.

Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah ketidakmampuan mereka menghadapi "kegagalan sistem" yang mencegah mereka dari mengembangkan atau menerapkan cara atau proses baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma dan kepercayaan lama harus diubah. Sekolah harus belajar bekerja dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional pendidikan harus membantu siswa mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam bersaing di dunia global.

Uang bukan kunci utama peningkatan mutu. Mutu pendidikan dapat diperbaiki bila administrator, guru, staf, pengawas, pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas dan rekognisi, uang tidak menjadi penentu dalam peningkatan mutu.

Kunci utama peningkatan mutu adalah komitmen pada perubahan. Bila semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan kualitas layanan pendidikan. 

Guru akan menggunakan pendekatan atau model-model mengajar, membimbing dan melatih yang baru dalam membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi akan menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, memecahkan masalah dan mengembangkan program baru.

Banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar kerja yang bersifat global. Ketakutan akan perubahan, atau takut melakukan perubahan, akan mengakibatkan tidak tabu bagaimana mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak bisa dipakai langsung dalam bidang pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan, proses kerja tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan harus dibekali dengan program yang khusus dirancang untuk pendidikan.

Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan para profesional pendidikan, dapat memperlihatkan dan mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat.

Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari kebiasaan menggunakan "program singkat", peningkatan mutu dapat dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan, tidak dengan program-program singkat.

 Prinsip-prinsip Sekolah dengan TQM /Manajemen Mutu Total

Sekolah yang menerapkan manajemen mutu total, menurut Sukmadinata ( 2002: 12) melaksanakan program mutu dengan berpegang kepada prinsip-prinsip:(a) Berfokus pada customer, (b) Keterlibatan menyeluruh (c)Pengukuran (d) Pendidikan sebagai sistem, (e)Perbaikan yang berkelanjutan.

Memperhatikan pendapat di atas,bahwa setiap produk pendidikan punya pengguna (kustomer),dan setiap anggota dari sekolah adalah pemasok (supplier) dan pengguna (customer). Pengguna pertama dari sekolah adalah keluarga atau disebut Big C dan siswa atau Little C. Keluarga atau orang tua juga merupakan pemasok. 

Ada dua macam pengguna (customer), pengguna internal yaitu: orang tua, siswa, guru, administrator, staf dan majelis sekolah. Pengguna eskternal yaitu masyarakat, pimpinan perusahaan-industri, lembaga pemerintah, lembaga swasta, perguruan tinggi, lembaga keamanan, dan lain-lain.

Semua orang harus terlibat dalam transformasi mutu. Manajemen harus komitmen yang berfokus pada peningkatan mutu. Transformasi mutu harus mulai dengan mengadopsi paradigma pendidikan baru. Kepercayaan lama harus dibuang: pertama bahwa kualitas pendidikan tergantung pada banyaknya uang yang tersedia, kedua, pendidikan merupakan "a good old boy network", yang menolak keterlibatan pihak-pihak bukan pendidikan.

Pandangan lama mutu pendidikan atau lulusan diukur dari skor prestasi belajar. Dalam, pendekatan baru, Para profesional pendidikan harus belajar mengukur mutu dari kemampuan dan kinerja lulusan berdasarkan tuntutan pengguna. 

Para profesional pendidikan perlu menguasai teknikteknik pengumpulan dan analisis data, bukan saja data kemampuan lulusan tetapi semua data yang terkait dengan kegiatan dan penunjang pelaksanaan pendidikan. Melalui pengumpulan dan analisis data dari profesional pendidikan akan mengetahui nilai tambah dari pendidikan, kelemahan dan hambatan yang dihadapi, serta upaya penyempurnaannya.

Peningkatan Mutu Pendidikan hendaknya didasarkan atas konsep dan pemahaman pendidikan sebagai sistem pendidikan memiliki sejumlah komponen seperti siswa, guru, kurikulum, sarana/prasarana, media dan sumber belajar, orang tua, lingkungan, dan lain-lain. Antara komponen-komponen tersebut terjalin hubungan yang membentuk suatu sinergi, keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.

Dalam filsafat lama dianut prinsip, kalau sudah rusak baru diperbaiki, dalam filsafat mutu tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna, perlu selalu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna, perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan.

Daftar Pustaka

Depdiknas, (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1: Konsep dan Pelaksanaannya), Jakarta, Dirjen Dikdasmen Direktorat Sekolah, Lanjutan Tingkat Pertama.

Follet dalam Nanang Fattah, (2008). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Gafur, A. (1989). Desain Intruksional, Tiga Serangkai; Solo, Cet VI.

Guba, E.G. and Lincoln, Y.S. (1985).  Effective Evaluation, San Francisco: Jossey-Bass.

Harjanto, (1997). Perencanaan Pengajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Joni, T.,R., (1979). Cara Belajar Siswa Aktif: Implikasinya Terhadap Sistem Penyampaian (makalah lokakarya P3G, Mei-Juni).

Luther, G., (1965). Management is a Science, Journal: No.8 Maret 1965.

Muslich, M., (2007). KTSP: Dasar Pemahaman dan Pengembangan , Jakarta, PT. Bumi Aksara.

Sallis, E., (1993). Total Quality Management in Education, Cogan Page, London.

Sidi, I.D, Rizali, A. dan Dharma, S. (2009). Dari Guru Konvensional Menuju, Guru Profesional, Jakarta, PT. Gramedia.

Suherman, Adang, Drs., M.A. dan Drs. Agus Mahendra, M.A.2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Surakhmad, W., (1989). Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung, Jemmars.

Suryosubroto, (2004) Manajemen Pembelajaran, (online). tersedia: Http:// www. scribd.com/doc/24841981/6-Bab-II-Kajian-Teori (21 Maret 2011).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, Sinar Grafika.

Vincent, G.,(2005). Total Quality Management, Jakarta, Gramedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun