Pandangan lama mutu pendidikan atau lulusan diukur dari skor prestasi belajar. Dalam, pendekatan baru, Para profesional pendidikan harus belajar mengukur mutu dari kemampuan dan kinerja lulusan berdasarkan tuntutan pengguna.Â
Para profesional pendidikan perlu menguasai teknikteknik pengumpulan dan analisis data, bukan saja data kemampuan lulusan tetapi semua data yang terkait dengan kegiatan dan penunjang pelaksanaan pendidikan. Melalui pengumpulan dan analisis data dari profesional pendidikan akan mengetahui nilai tambah dari pendidikan, kelemahan dan hambatan yang dihadapi, serta upaya penyempurnaannya.
Peningkatan Mutu Pendidikan hendaknya didasarkan atas konsep dan pemahaman pendidikan sebagai sistem pendidikan memiliki sejumlah komponen seperti siswa, guru, kurikulum, sarana/prasarana, media dan sumber belajar, orang tua, lingkungan, dan lain-lain. Antara komponen-komponen tersebut terjalin hubungan yang membentuk suatu sinergi, keterpaduan dalam pelaksanaan sistem.
Dalam filsafat lama dianut prinsip, kalau sudah rusak baru diperbaiki, dalam filsafat mutu tiap proses perlu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna, perlu selalu diperbaiki dan tidak ada proses yang sempurna, perlu selalu diperbaiki dan disempurnakan.
Daftar Pustaka
Depdiknas, (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1: Konsep dan Pelaksanaannya), Jakarta, Dirjen Dikdasmen Direktorat Sekolah, Lanjutan Tingkat Pertama.
Follet dalam Nanang Fattah, (2008). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
Gafur, A. (1989). Desain Intruksional, Tiga Serangkai; Solo, Cet VI.
Guba, E.G. and Lincoln, Y.S. (1985). Â Effective Evaluation, San Francisco: Jossey-Bass.
Harjanto, (1997). Perencanaan Pengajaran, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Joni, T.,R., (1979). Cara Belajar Siswa Aktif: Implikasinya Terhadap Sistem Penyampaian (makalah lokakarya P3G, Mei-Juni).