Mohon tunggu...
Asep Sopyan
Asep Sopyan Mohon Tunggu... -

Bekerja sebagai agen asuransi penuh waktu. Suka menulis apa saja dan mencipta lagu. Email: bermenschool@yahoo.com. Tulisan-tulisan dapat dilihat di blog http://bermenschool.wordpress.com dan http://myallisya.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

MLM: Dapatkah Diandalkan sebagai Bisnis Jangka Panjang?

24 Mei 2015   16:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para Pemasar Terkaya di Indonesia Tahun 2003 Berasal dari MLM

Pada tahun 2003, majalah Warta Bisnis edisi 1-15 Oktober memuat daftar 100 pemasar terkaya di Indonesia. Peringkat 1-7 dihuni para distributor MLM. Peringkat 8 dari asuransi. Selebihnya mayoritas dari MLM, dan ada sebagian kecil dari bisnis properti.

Anda bisa menemukan informasi ini di internet dengan kata kunci “Pemasar terkaya di Indonesia”. Anda juga bisa menemukan infonya langsung di beberapa situs yang memuat ulang daftar tersebut: http://ire-onez.tripod.com/Pemasar.htm, di http://ainunmahya.blogspot.com/2011/03/10-pemasar-terkaya.html, di http://www.oocities.org/success_tianshi/100_Pemasar.html.

Sepuluh besar saya cantumkan di sini:


  1. Louis Tendean (MLM Tianshi), penghasilan di atas 5 miliar setahun
  2. Hartono (MLM Tianshi), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  3. Susanto (MLM Tianshi), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  4. Rudy M Noor (MLM Tianshi), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  5. Trisulo (MLM Tianshi), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  6. Alex IW (MLM CNI), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  7. Robert Angkasa (MLM Amway), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  8. Liem Lie Sia (Asuransi Prudential), penghasilan 3 – 5 miliar setahun
  9. Frans Budiarjo (MLM Amway), penghasilan 1,5 – 2,5 miliar setahun
  10. Chris Matindas (MLM Amway), penghasilan 1,5 – 2,5 miliar setahun


Dari fakta ini, tampak bahwa bisnis MLM itu sangatlah luar biasa. Dalam waktu relatif singkat (1-3 tahun) dan dengan modal yang terbilang kecil, banyak distributor yang telah meraih penghasilan ratusan juta per bulan. Inilah salah satu daya tarik MLM, bahkan daya tarik yang utama. Jika seorang distributor sudah berhasil membentuk jaringan yang kuat, selanjutnya dia tinggal ongkang-ongkang kaki (mungkin hanya butuh sedikit receh untuk tutup poin dalam bentuk belanja pribadi) dan uang ratusan juta hingga miliaran rupiah mengalir sendiri ke rekening.

Tapi sesuai dengan judul di atas, saya ingin tahu apakah MLM dapat diandalkan sebagai bisnis jangka panjang. Penghasilan besar oke, tapi apakah penghasilan besar itu akan terus mengalir dalam jangka panjang?

Bagaimana Kabar Para Pemasar Terkaya Itu Sekarang?

Untuk mengetahui hal itu, saya mencoba menelusuri perkembangan para pemasar terkaya dalam daftar di atas selepas tahun 2003 hingga sekarang tahun 2015. Poin-poin yang menjadi pertanyaan saya:


  1. Apakah para pemasar terkaya itu sekarang masih di bisnis MLM?
  2. Apakah masih di perusahaan yang sama?
  3. Berapakah penghasilan mereka saat ini? Apakah meningkat, tetap, atau turun?
  4. Apakah penghasilan mereka kini diperoleh secara pasif?


Sebenarnya saya berharap menemukan kembali daftar serupa pada tahun-tahun berikutnya, baik yang dibuat oleh majalah Warta Bisnis ataupun majalah lainnya. Saya mengetikkan kata kunci semacam “para pemasar terkaya indonesia tahun 2015”, “distributor MLM terkaya di Indonesia tahun 2015”, tapi Google selalu menunjuk ke daftar tahun 2003. Entah kenapa belum ada pembaruan data. Jika betul penghasilan dari bisnis MLM itu exponential growth (naik berlipat-lipat tiap tahun), tak terbayangkan berapa penghasilan mereka saat ini.

Jadi, saya ketik saja nama-nama di atas di mesin pencari. Dan ini yang saya peroleh:


  1. Louis Tendean. Sepertinya masih di Tianshi, fotonya ada dipajang di inovasibisnis.com (2013). Tapi berapa penghasilannya saat ini tidak dipublikasikan.
  2. Hartono. Dikabarkan hengkang dari Tianshi dan mendirikan MLM lain. Infonya di sini: https://bravo9682.wordpress.com/2008/05/24/top-leader-tianshi-yang-hengkang/
  3. Susanto. Pernah keluar dari Tianshi tapi balik lagi (info tahun 2008 di https://bravo9682.wordpress.com/2008/05/24/top-leader-tianshi-yang-hengkang/). Info terbaru tidak diperoleh.
  4. Rudy M Noor. Sepertinya masih di Tianshi, tapi berapa penghasilannya tidak diketahui. Namanya muncul di web inovasibisnis.com.
  5. Trisulo. Keluar dari Tianshi pada 15 Oktober 2011, pindah ke Furchange tapi tidak lama, lalu pindah ke Talk Fusion, dan pada tahun 2013 pindah ke Jeunesse Global. Konon penghasilannya di Jeunesse sudah mencapai 3M per bulan, hanya dalam 2 tahun. Patut ditunggu berapa penghasilannya 5-10 tahun kemudian. Ada beberapa blog yang merujuk atau memuat nama Trisulo, antara lain https://bisnistrisulo.wordpress.com/, http://trisulo.blog.com/?p=52, dan http://infojeunesseglobal.blogspot.com/2013/06/profil-sukses-trisulo.html. Bicara terus-terang, blognya tidak meyakinkan karena pakai yang gratisan dan informasinya tidak diperbarui lagi.
  6. Alex IW. Sepertinya masih di CNI, tapi tidak didapatkan info berapa penghasilannya saat ini.
  7. Robert Angkasa. Tidak diketahui kabar terbarunya apakah masih di MLM atau tidak, setidaknya melalui penelusuran di internet.
  8. Liem Lie Sia. Di antara 10 nama teratas, hanya Liem Lie Sia yang saya ketahui dengan persis kabar beritanya. Keluar dari perusahaan asuransi Prudential dengan meninggalkan penghasilan hampir 400 juta sebulan, tahun 2004 Liem Lie Sia pindah ke Allianz dan sampai sekarang (2015) masih di Allianz. Penghasilannya saat ini mencapai 15 miliar setahun atau setara 1,25 miliar sebulan (bisa dilihat di sini: http://myallisya.com/2015/04/16/daftar-agen-asuransi-allianz-terkaya-tahun-2015/). Asuransi bukan MLM, tapi sistem kompensasinya sama-sama memakai skema pemasaran berjenjang. Tentang perbedaan bisnis MLM dan asuransi, saya pernah menulis di sini: Antara Bisnis MLM dan Asuransi.
  9. Frans Budiarjo. Tidak diketahui kabar terbarunya, setidaknya dari penelusuran di internet.
  10. Chris Matindas. Tidak diketahui kabar terbarunya, setidaknya dari penelurusan di internet.


Jadi, apakah MLM bisa diandalkan sebagai bisnis jangka panjang?

Syarat dan Ketentuan Berlaku

Secara teori, MLM dapat diandalkan sebagai bisnis yang menghasilkan passive income dalam jangka panjang, dengan syarat dan ketentuan:


  1. Perusahaan masih berdiri dan terus berinovasi.
  2. Jaringan distributor masih solid hingga ke level paling bawah dan semuanya tetap berproduksi (merekrut member dan menjual produk).

  • Jika perusahaan sudah bubar, tentu bubar jugalah passive incomenya.
  • Jika perusahaan masih berdiri tapi tidak lagi berinovasi, maka habislah oleh para kompetitor yang terus bermunculan dengan tawaran-tawaran lebih menarik.
  • Jika jaringan distributor tidak solid dan banyak yang keluar (berhenti atau pindah ke MLM lain), maka habislah passive incomenya. Jika banyak yang keluar, maka sebanyak itu pula member yang harus menggantikan. Ini akan menjadi usaha tanpa henti, jadi kapan passive incomenya?
  • Jika jaringan distributor masih ada tapi sebagian besar sudah malas berproduksi, berhenti pulalah passive incomenya.


Apakah ada perusahaan dan leader MLM yang memenuhi dua syarat dan ketentuan di atas? Waktu sekitar 2 dekade sejak tahun 90-an hingga sekarang cukup membuktikan bahwa hal itu sangatlah berat.

Saya percaya, dengan kerja keras dan ketekunan, bisnis MLM bisa mendatangkan penghasilan besar dalam waktu singkat, tapi saya ragu untuk jangka panjang.

Sejak saya kuliah di Ciputat tahun 2000, saya pernah menitip nama di beberapa MLM. Ada beberapa MLM yang berkembang di kampus saya antara tahun 2000-2005. Antara lain CNI, Tianshi, UFO, Ahad Net, V-Net, dan Amway. Di antara para perekrut dan crossline saya waktu itu, tak satu pun yang hingga saat ini hidup dari bisnis MLM. Belakangan saya pun berkenalan dengan MLM seperti K-Link, HPA, Melia, Melilea, VSI, HWI, Oriflame, Herbalife, Tupperware, Talk Fusion, Abe Network, Moment, Jeunesse, dan beberapa lagi, termasuk yang berjenis money game seperti Speedline dan Boss Venture. Hingga sekarang, saya belum pernah bertemu kenalan saya yang sukses di MLM dan kesuksesannya bertahan lama.

Tiga perusahaan MLM yang leadernya menempati 10 besar di atas, yaitu Tianshi, CNI, dan Amway, ketiganya masih ada sampai sekarang. Tapi sepertinya susunan top leader dan distributornya sudah berbeda jauh dengan 12 tahun lalu.

Rapuhnya Sistem Bisnis MLM

Bicara penghasilan pasif dalam jangka panjang atau sering dikatakan cukup ongkang-ongkang kaki uang mengalir sendiri ke rekening, itu hal yang nyaris mustahil karena sistem bisnis MLM bertopang pada dasar yang rapuh. Apakah dasar yang rapuh itu?

Secara garis besar, sistem bisnis MLM ada dua macam, yaitu sistem matahari dan sistem binari. Para sistem matahari (kelebaran tidak dibatasi), penghasilan yang diperoleh para leader top ditopang dari penjualan ribuan membernya yang mayoritas merupakan member level bawah.

Para member level bawah ini belum punya penghasilan dari MLM, atau penghasilannya masih sedikit, sehingga belum bisa mengandalkan MLM sebagai sumber penghasilan utama. Mereka ini sangat mudah berguguran. Kebanyakan mereka tidak bertahan lama di MLM.

Jika dasarnya rapuh, bagaimana cara leader level menengah dan leader level puncak mempertahankan penghasilannya? Tidak lain, para leader ini harus mencari member pengganti sejumlah member yang keluar dan semuanya menghasilkan penjualan yang setara. Jika jaringan mereka sudah punya 10 ribu member, lalu separuhnya keluar, maka butuh pengganti sejumlah yang sama dan belanjanya pun sama supaya penghasilannya tidak turun. Bayangkan jika jaringannya sudah mencapai jutaan orang, dan sebagian besar member level bawah keluar, berapa orang yang harus mereka rekrut supaya penghasilan tidak berkurang? Itu baru bicara mempertahankan penghasilan. Bagaimana jika mereka ingin meningkatkan penghasilan? Tentu harus lebih keras lagi upaya yang dilakukan.

Lalu kapan penghasilan pasif yang didambakan itu datang?

Pada MLM dengan sistem binari (dua kaki), situasinya lebih rentan lagi. Sistem binari tidak mensyaratkan penjualan produk, jadi penghasilan para leader top dihasilkan dari aktivitas perekrutan yang dilakukan para membernya, di mana perekrutan ini selalu disertai penjualan produk. Pada saat yang sama, aktivitas perekrutan (plus penjualan produk) ini harus diiringi perpasangan supaya bonusnya keluar. Semakin ke bawah, syarat perpasangan akan semakin berat karena melibatkan jumlah member yang semakin banyak. Jika satu kaki timpang, perpasangan dengan bonus yang besar tidak akan terjadi selama-lamanya. MLM dengan sistem binari biasanya mudah berkembang pesat, tapi juga sangat mudah rontok. Dan jika satu kaki besar rontok (misalnya karena berhenti atau pindah ke MLM lain), maka berakhirlah semuanya. Sang leader harus mulai lagi dari awal, atau pindah ke MLM baru.

Lalu kapan penghasilan pasif yang didambakan itu datang?

Produk Dijual Dengan Skema Konvensional

Selain soal sistemnya yang rapuh karena bersandar para ribuan member yang penghasilannya belum seberapa, ada satu masalah lagi dari segi harga produk, khususnya untuk MLM yang jaringan membernya tidak berkembang lagi.

Di sejumlah toko dan apotek di pasar BSD Serpong, saya mendapati beberapa produk MLM dijual dengan harga jauh di bawah harga resmi ke konsumen.


  • Kopi ginseng C* dijual dengan harga 60 ribu per pak isi 20 saset. Harga resmi 85 ribu.
  • Chlorophyll K* dijual dengan harga 90 ribuan per botol. Harga resmi 140 ribu.
  • Propolis M* dijual dengan harga 50 ribu per botol kecil. Harga resmi 110 ribu.
  • Shake H* dijual dengan harga 207 ribu per botol. Harga resmi 366 ribu.
  • Dan beberapa lagi.


Bagaimana perasaan saya jika saya adalah distributor produk MLM di atas? Apakah saya akan melaporkan kepada manajemen perusahaan supaya para penjual itu ditindak?

Pertanyaannya, mengapa produk-produk tersebut dijual di bawah harga resmi? Beberapa kemungkinan:


  • Itu produk palsu.
  • Itu kerjaan para senior leader yang mendapatkan bonus produk, atau membeli sejumlah produk sebagai syarat tutup poin, dan tidak mampu mengonsumsi semuanya sehingga sisanya dijual murah.
  • Itu kerjaan para member bermodal besar yang membeli dalam jumlah banyak sehingga diskonnya besar (bisa sampai lebih dari 50%) plus biasanya mendapat bonus. Mereka tidak bermaksud menjalankan bisnisnya, tapi sekadar menjualnya kembali secara konvensional yang penting ada untung. Dugaan saya adalah yang ketiga ini, karena toko-toko tersebut menjual juga produk lain yang bukan MLM.


Dengan produk yang pada akhirnya banyak dijual dengan skema konvensional, bagaimana mungkin saya menaruh masa depan saya di situ?

Penutup dan Tips

Sering ada ungkapan: “MLM X akan booming tahun ini”. Lalu tahun depan bagaimana? Sepuluh tahun kemudian bagaimana?

Jika sesuatu ada masanya booming, berarti ada masanya surut. Oleh karena itu, jika anda berniat menjalankan bisnis MLM dengan sungguh-sungguh, niatkanlah untuk jangka pendek, mungkin 1 atau 2 tahun saja. Setelah musim berakhir, carilah MLM baru yang mulai booming lagi. Begitulah seterusnya. Itu lebih realistis dan lebih menenangkan bagi pikiran. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun