Dalam konteks personalized learning, pemerintah dan sekolah dapat memanfaatkan platform ini untuk menyediakan materi pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Platform ini memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar mereka, sambil tetap mengakses konten yang relevan dan mutakhir. Jika sekolah-sekolah di daerah memiliki akses ke perangkat teknologi dasar seperti laptop atau tablet, mereka dapat mengintegrasikan platform pembelajaran terbuka ini ke dalam kelas untuk mengurangi biaya pengajaran konvensional.
2. Kemitraan dengan Industri Teknologi dan Perusahaan Sosial
Solusi lain adalah menjalin kemitraan dengan perusahaan teknologi dan organisasi non-profit yang memiliki visi untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Banyak perusahaan teknologi besar, seperti Google, Microsoft, dan Samsung, telah memiliki program corporate social responsibility (CSR) yang mendukung pendidikan dengan memberikan akses ke perangkat atau perangkat lunak pendidikan. Melalui kemitraan ini, sekolah-sekolah yang lebih membutuhkan dapat memperoleh bantuan untuk mengakses teknologi yang mereka perlukan tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Selain itu, perusahaan sosial yang berfokus pada pendidikan, seperti Ruangguru atau Zenius, dapat dilibatkan dalam menyediakan sumber daya tambahan yang lebih murah dan dapat diakses secara luas. Mereka sering kali memiliki model bisnis yang lebih fleksibel dan dapat menawarkan solusi yang lebih terjangkau bagi sekolah-sekolah yang kekurangan dana. Misalnya, mereka dapat menyediakan materi pembelajaran berbasis video yang dapat disesuaikan dengan tingkat kemajuan siswa, memungkinkan pembelajaran personal meskipun dengan keterbatasan sumber daya.
3. Program Subsidi Pemerintah dan Beasiswa Pendidikan
Pemerintah juga memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan biaya pendidikan personalized learning melalui program subsidi dan beasiswa. Jika kita melihat contoh negara-negara dengan sistem pendidikan yang lebih inklusif, seperti Finlandia atau Singapura, kita bisa belajar bahwa pemerintah dapat menyediakan insentif yang cukup besar untuk memastikan bahwa setiap siswa, tanpa memandang status sosial ekonomi, memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas.
Subsidi pendidikan dapat diberikan dalam bentuk bantuan langsung untuk biaya perangkat teknologi atau akses internet, serta beasiswa untuk pelatihan guru dalam metode pembelajaran yang lebih modern dan personal. Program beasiswa untuk siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu bisa memperluas kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan dengan pendekatan personalized learning, meskipun mereka berada di wilayah yang kekurangan infrastruktur.
4. Pembelajaran Berbasis Komunitas dan Kolaborasi Antar Sekolah
Mengatasi keterbatasan biaya tidak hanya soal akses ke teknologi, tetapi juga bagaimana kita membangun ekosistem pendidikan yang saling mendukung. Pembelajaran berbasis komunitas, di mana sekolah-sekolah saling berbagi sumber daya, dapat menjadi alternatif yang sangat kuat. Sekolah-sekolah di daerah perkotaan bisa bekerjasama dengan sekolah-sekolah di daerah pedesaan untuk berbagi akses ke materi ajar atau pelatihan guru secara daring. Bahkan, jika ada sekolah dengan fasilitas lebih baik, mereka dapat membuka peluang bagi siswa di daerah yang lebih terpencil untuk mengakses materi atau mengikuti pelatihan tanpa harus datang ke sekolah tersebut.
Lebih lanjut, kolaborasi antar sekolah juga bisa melibatkan inisiatif belajar berbasis proyek di mana siswa dari berbagai sekolah dan latar belakang bekerja bersama dalam menyelesaikan tantangan tertentu. Model pembelajaran ini tidak hanya mengurangi biaya, tetapi juga menciptakan budaya saling berbagi pengetahuan yang memperkaya pengalaman belajar mereka.
5. Model Pendidikan Hybrid (Kombinasi Online dan Tatap Muka)