Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dilema Kehidupan: Mengapa Kita Mengejar Kebahagiaan dan Menghindari Penderitaan, Meski Keduanya Tak Terpisahkan

19 Desember 2024   09:34 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Gandhi, Nelson Mandela, dan Abraham Lincoln, meskipun hidup di zaman yang berbeda, semuanya memperlihatkan bagaimana penderitaan yang luar biasa dapat melahirkan perubahan sosial yang besar. Gandhi menderita dalam perjuangannya melawan penjajahan Inggris di India, Mandela menghabiskan 27 tahun di penjara karena memperjuangkan kesetaraan rasial di Afrika Selatan, sementara Lincoln mengarungi masa-masa perang saudara yang menegangkan untuk menghapus perbudakan di Amerika Serikat. Meskipun mereka masing-masing mengalami penderitaan fisik, emosional, dan psikologis, mereka tetap berjuang untuk kebebasan dan keadilan. Keberhasilan mereka tidak hanya berupa pencapaian kebebasan, tetapi juga kebahagiaan yang datang dari pengorbanan besar demi perubahan dunia yang lebih baik.

Selebritas Terkenal: Penderitaan yang Menginspirasi

Tak hanya para tokoh sejarah dan pahlawan agama, selebritas pun menunjukkan bagaimana kebahagiaan dan penderitaan saling terkait dalam hidup mereka. Seperti halnya para pejuang dalam sejarah, mereka juga menghadapi perjuangan pribadi yang tidak selalu tampak oleh publik. Misalnya, Oprah Winfrey, yang sering berbicara tentang masa kecilnya yang penuh penderitaan dan trauma, kini menjadi simbol kekuatan dan kebahagiaan. Dari kehidupan yang penuh kesulitan, Oprah menemukan makna yang lebih dalam dan membagikan kebahagiaannya kepada orang lain.

Robin Williams, yang dikenal dengan tawa dan keceriannya di layar kaca, ternyata juga menyimpan penderitaan batin yang mendalam. Depresi yang ia alami selama bertahun-tahun tidak menghalangi Robin untuk membuat dunia tertawa, namun akhirnya, penderitaan itu memuncak dengan kepergiannya. Kisahnya mengingatkan kita bahwa kebahagiaan publik seringkali disertai dengan perjuangan pribadi yang tidak terlihat oleh dunia.

Lady Gaga, seorang penyanyi terkenal, mengungkapkan perjuangannya melawan gangguan mental dan rasa tidak percaya diri. Meskipun berada di puncak kesuksesan dan dikenal oleh jutaan orang, ia mengajarkan bahwa kebahagiaan yang sejati datang dari penerimaan terhadap diri sendiri dan perjuangan untuk kesehatan mental.

Kebahagiaan yang Diperoleh Melalui Penderitaan

Kisah-kisah dari Adam hingga Lincoln ini mengajarkan kita bahwa penderitaan dan kebahagiaan adalah dua sisi dari koin yang sama. Para pahlawan ini tidak hanya mengalami penderitaan dalam hidup mereka, tetapi mereka juga meraih kebahagiaan yang sejati melalui perjuangan mereka. Kebahagiaan yang mereka raih bukanlah kebahagiaan yang datang dengan mudah, melainkan kebahagiaan yang lahir dari ketekunan, kesabaran, dan pengorbanan. Mereka mengajarkan kita bahwa dalam setiap penderitaan yang kita hadapi, ada potensi untuk tumbuh dan berkembang, untuk menemukan makna yang lebih dalam, dan untuk mencapai kebahagiaan yang lebih besar.

VI. Mencapai Moderasi: Menemukan Keseimbangan antara Kebahagiaan dan Penderitaan

Dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak antara kebahagiaan dan penderitaan, ada satu prinsip yang harus kita pegang: moderasi. Kisah-kisah besar yang telah kita bahas sebelumnya, baik dari tokoh-tokoh nabi maupun pahlawan sejarah, menunjukkan bahwa kebahagiaan dan penderitaan tidak bisa dipisahkan. Mereka adalah bagian dari satu perjalanan yang lebih besar, yang mengarah pada pencapaian makna hidup yang lebih dalam. Namun, penting bagi kita untuk memahami bahwa kebahagiaan yang sejati terletak dalam keseimbangan, dalam menemukan titik tengah antara kedua kutub tersebut, tanpa terjebak dalam ekstrim yang berlebihan.

Menghindari Ekstrem: Ketika Pencarian Kebahagiaan Menjadi Kecanduan

Dalam masyarakat modern, kita sering kali terjebak dalam pencarian kebahagiaan yang instan, yang sering kali berupa kepuasan sementara yang tidak mendalam. Kebahagiaan yang bersifat konsumtif---baik itu berupa materi, kesenangan sementara, atau pencapaian sosial---sering kali membuat kita lupa bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tujuan akhir yang bisa dicapai melalui perolehan yang terus-menerus. Seperti yang terlihat dalam kisah-kisah selebritas terkenal yang terperangkap dalam popularitas mereka, pencarian kebahagiaan tanpa tujuan yang lebih besar seringkali berujung pada kehampaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun