Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dilema Kehidupan: Mengapa Kita Mengejar Kebahagiaan dan Menghindari Penderitaan, Meski Keduanya Tak Terpisahkan

19 Desember 2024   09:34 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Musa: Penderitaan dalam Pembebasan

Musa adalah seorang nabi yang hidup dalam penderitaan sejak lahir. Ia dibesarkan di istana Firaun, tetapi tak lama kemudian harus meninggalkan kemewahan itu untuk hidup sebagai seorang pelarian. Ketika dipanggil Tuhan untuk membebaskan Bani Israil dari perbudakan, Musa harus menghadapi penderitaan yang jauh lebih besar, baik dari segi fisik maupun emosional. Ia dihadapkan pada tantangan yang berat, dengan Firaun yang keras kepala dan umat yang penuh keraguan. Namun, melalui ujian yang luar biasa, penderitaan tersebut membawa pembebasan besar bagi kaumnya. Kebahagiaan yang diperoleh Musa bukanlah kebahagiaan yang datang tanpa kekuasaan atau kemewahan, tetapi kebahagiaan yang berasal dari pengabdian pada misi ilahi dan keberanian untuk menghadapi ketakutan.

Ayub: Kesabaran dalam Kegelapan

Kisah Ayub adalah kisah tentang penderitaan yang ekstrem, di mana seorang manusia diuji dengan kehilangan segalanya---kekayaan, keluarga, bahkan kesehatan. Ayub tidak hanya mengalami penderitaan fisik, tetapi juga kegelapan batin yang mendalam. Namun, dalam penderitaan yang tak terhingga itu, Ayub menunjukkan keteguhan hati dan kesabaran yang luar biasa. Ia tidak pernah mengeluh atau menyesali nasibnya, melainkan terus berdoa dan menghadap kepada Tuhan. Pada akhirnya, Ayub diberkati dengan pemulihan yang jauh lebih besar daripada yang hilang. Kebahagiaan yang datang setelah penderitaan Ayub adalah kebahagiaan yang dibangun melalui kesabaran dan iman yang tidak tergoyahkan.

Muhammad: Penderitaan yang Mengubah Dunia

Nabi Muhammad saw., seperti para nabi sebelumnya, adalah contoh luar biasa tentang bagaimana penderitaan dapat mengarah pada kebahagiaan yang lebih besar. Dari saat beliau lahir, kehidupan beliau dipenuhi dengan ujian dan kesulitan. Di tengah penolakan, penghinaan, dan penganiayaan dari kaum Quraisy, Nabi Muhammad tetap tegar dalam menyampaikan wahyu. Penderitaan yang beliau alami, terutama saat hijrah dan pertempuran di Badar, Uhud, dan Khandaq, tidak menghalangi beliau untuk terus berjuang demi kebenaran. Puncaknya, kebahagiaan yang diperoleh adalah kemenangan atas hati umat manusia yang menerima Islam sebagai petunjuk hidup. Nabi Muhammad mengajarkan kita bahwa kebahagiaan yang sejati hanya dapat diperoleh melalui pengabdian pada Tuhan, melalui perjuangan yang penuh pengorbanan, dan melalui penerimaan terhadap penderitaan sebagai bagian dari misi hidup yang lebih besar.

Muhammad Ali: Kejayaan dalam Ketahanan

Muhammad Ali, petinju legendaris, adalah contoh modern tentang bagaimana penderitaan dapat mengarah pada kejayaan yang lebih besar. Dari menjadi juara dunia tinju hingga dijatuhi hukuman penjara karena menolak ikut berperang di Vietnam, Ali menghadapi penderitaan fisik, mental, dan sosial yang luar biasa. Namun, ia tidak pernah membiarkan penderitaan itu merusak semangat juangnya. Sebaliknya, ia menggunakan setiap penderitaan untuk menjadi lebih kuat, lebih gigih, dan lebih berkomitmen pada prinsipnya. Kejayaan yang diraih Ali, baik di dalam ring tinju maupun di luar ring, adalah bukti bahwa kebahagiaan sejati datang melalui keberanian untuk berpegang pada nilai-nilai dan mengatasi penderitaan dengan penuh ketahanan.

Genghis Khan: Keperkasaan dalam Ketabahan

Genghis Khan, salah satu penakluk terbesar dalam sejarah, adalah simbol dari bagaimana penderitaan dapat membentuk seorang pemimpin yang tak terkalahkan. Sejak kecil, ia menghadapi penderitaan dalam bentuk kemiskinan, pengkhianatan, dan kehilangan keluarga. Namun, Genghis Khan tidak membiarkan penderitaan itu melemahkan tekadnya. Sebaliknya, ia menjadikannya bahan bakar untuk membangun kekuatan, membentuk sebuah kerajaan yang luas dan mengubah sejarah dunia. Kebahagiaan yang ia raih bukanlah kebahagiaan pribadi semata, tetapi sebuah kejayaan yang berdampak pada dunia.

Gandhi, Nelson Mandela, dan Abraham Lincoln: Kebahagiaan dalam Perjuangan Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun