Penelitian ini juga menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan nilai-nilai spiritual dapat saling melengkapi. Siklus keraguan dan pengujian, sebagaimana ditunjukkan dalam QS. Al-Mulk, dapat memperkuat metodologi ilmiah sekaligus mengarahkan manusia pada penghormatan terhadap kebesaran Sang Pencipta. Dengan demikian, QS. Al-Mulk menjadi landasan konseptual untuk menjembatani sains dan spiritualitas, serta menginspirasi komunitas ilmiah untuk melihat kebenaran sebagai sesuatu yang tidak statis, melainkan terus-menerus diuji, dicari, dan diperbaharui.
Melalui refleksi kritis ini, kita diingatkan bahwa kebenaran bukanlah sebuah titik akhir, melainkan perjalanan berkelanjutan yang memerlukan kerendahan hati intelektual dan keterbukaan untuk terus belajar.
Penutup
Penelitian ini menegaskan bahwa QS. Al-Mulk 3-4 bukan sekadar wacana spiritual, tetapi juga sebuah kerangka epistemologis yang menawarkan keunggulan tersendiri dalam pemahaman ilmu pengetahuan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai skeptisisme metodologis dalam pendekatan ilmiah, ayat ini mengajukan sebuah paradigma yang melampaui dikotomi antara sains dan agama. Dalam dunia yang semakin kompleks, di mana tantangan global memerlukan sintesis antara keilmuan dan etika, pendekatan epistemologi keraguan dari QS. Al-Mulk memberikan dasar yang kuat untuk mendekati kebenaran secara dinamis dan berkelanjutan.
Lebih dari itu, tesis ini menawarkan kritik tajam terhadap asumsi bahwa metode ilmiah dan skeptisisme adalah monopoli peradaban Barat. Sebaliknya, QS. Al-Mulk membuktikan bahwa ajaran Islam, jauh sebelum era modern, telah menekankan pentingnya pengujian ulang, eksplorasi kritis, dan pembaharuan pengetahuan. Dengan demikian, epistemologi keraguan berbasis Al-Qur'an ini bukan hanya relevan, tetapi juga unggul sebagai landasan yang mampu menjawab kebutuhan ilmiah sekaligus memberikan panduan moral dalam mengejar kebenaran.
Keunggulan tesis ini terletak pada kemampuannya untuk menyatukan dua domain yang sering kali dianggap bertentangan: sains dan spiritualitas. Dalam mengajukan kerangka berpikir yang menghargai keraguan, namun tetap terarah pada pencapaian kebenaran yang lebih tinggi, QS. Al-Mulk menawarkan sesuatu yang tidak hanya membangun ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan makna yang lebih dalam kepada umat manusia. Oleh karena itu, pemahaman atas epistemologi keraguan ini bukan hanya sebuah pilihan, tetapi sebuah kebutuhan bagi komunitas ilmiah global untuk mengeksplorasi realitas dengan pikiran yang terbuka dan hati yang bijak. Mungkin sudah waktunya dunia melihat bahwa kebenaran yang sejati bukanlah sesuatu yang dimonopoli oleh satu tradisi, tetapi sebuah warisan kolektif yang terus berkembang dan menyatukan kita semua.
Daftar Pustaka
Sumber Al-Qur'an dan Tafsir
1. Departemen Agama RI. (2019). Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia.
2. Al-Mawardi, A. (2002). Tafsir al-Mawardi (Al-Nukat wa al-'Uyun). Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.
3. Quraish Shihab, M. (2002). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an. Jakarta: Lentera Hati.