Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi Sikap Munafik

17 Desember 2024   22:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   03:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, dalam hal kesehatan mental, pengendalian emosi melalui munafik strategis dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam menghindari stres berkepanjangan akibat konflik atau ketegangan interpersonal. Ketika individu mampu mengelola perasaan mereka dengan lebih baik, mereka tidak hanya melindungi diri dari dampak negatif psikologis, tetapi juga menjaga hubungan sosial mereka tetap sehat dan produktif. Hal ini menunjukkan bahwa munafik strategis bukan sekadar alat untuk menghindari konfrontasi, tetapi juga sebagai strategi untuk mendukung kesejahteraan mental dan emosional dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih jauh lagi, dalam konteks kolaborasi, munafik strategis membantu individu untuk tetap bekerja sama meskipun ada perbedaan kepentingan atau perspektif. Dalam situasi di mana kelompok atau individu memiliki pandangan yang berbeda, kemampuan untuk menekan emosi negatif dan memilih pendekatan yang lebih diplomatis akan membantu mempertahankan kerjasama yang efektif dan mengarah pada hasil yang lebih produktif. Dalam dunia kerja atau organisasi, kemampuan ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan mendukung keberhasilan bersama.

Oleh karena itu, munafik strategis bukanlah pengkhianatan moral, seperti yang sering disalahpahami, melainkan sebuah strategi etis dan adaptif yang memungkinkan individu dan kelompok untuk bertahan dan berkembang dalam dinamika sosial dan politik yang semakin kompleks. Dalam menghadapi tantangan besar zaman kontemporer, di mana polarisasi dan ketegangan sering kali mendominasi, munafik strategis menawarkan pendekatan yang lebih bijaksana dan pragmatis, yang tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang kebajikan dan harmoni, tetapi juga mendukung keberlanjutan hubungan sosial yang sehat dan konstruktif.

Tesis ini memberikan kontribusi konseptual dan praktis dalam mengaitkan etika, psikologi, dan neuroscience untuk merekonstruksi makna kemunafikan sebagai mekanisme adaptif yang mendukung keberlangsungan kehidupan sosial yang harmonis dan produktif.

Kritik dan Tanggapan

Setelah mengeksplorasi signifikansi munafik strategis sebagai mekanisme adaptif dalam menjaga harmoni dan kolaborasi, penting untuk mengakui bahwa gagasan ini tidak lepas dari berbagai kritik. Perspektif kritis ini memberikan ruang refleksi yang memperkaya pemahaman kita, sekaligus menguji kekuatan dan batasan dari tesis yang telah diajukan. Berikut ini, kami akan membahas sejumlah kritik mendalam yang muncul serta memberikan tanggapan analitis untuk mempertahankan relevansi dan validitas argumen yang telah dikemukakan.

1. Kritik Etis: Menormalisasi Ketidaktulusan

Kritik yang sering kali dilontarkan terhadap munafik strategis adalah bahwa sikap tersebut menormalisasi ketidaktulusan dalam interaksi sosial, yang pada gilirannya bisa merusak integritas moral seseorang. Kejujuran dianggap sebagai nilai utama dalam membangun kepercayaan, dan tindakan yang mencerminkan perbedaan antara apa yang ada di hati dan apa yang ditampilkan dalam sikap dipandang sebagai perilaku yang tidak autentik. Dalam pandangan ini, ketulusan dianggap sebagai syarat utama untuk menjaga keaslian hubungan antar individu dan memelihara integritas pribadi. Namun, argumen ini perlu dikaji lebih dalam, terutama dengan mempertimbangkan kompleksitas relasi sosial dan kebutuhan untuk menavigasi situasi yang mungkin mengarah pada konflik destruktif.

Sebenarnya, munafik strategis bukanlah tentang ketidakjujuran atau manipulasi, tetapi lebih kepada pengendalian diri dalam mengelola emosi negatif yang bisa merusak hubungan sosial. Dalam banyak situasi, tindakan ini diambil untuk mencegah konfrontasi yang dapat memperburuk situasi dan merusak harmoni sosial jangka panjang. Dengan kata lain, pengendalian diri yang ditunjukkan melalui munafik strategis adalah tindakan etis yang bertujuan untuk melindungi hubungan dan menciptakan ruang untuk komunikasi yang lebih konstruktif, daripada melepaskan emosi yang dapat merusak orang lain atau menciptakan perpecahan.

Dalam kerangka moralitas relasional, kejujuran brutal atau apa yang sering disebut sebagai kejujuran tanpa kompromi, tidak selalu lebih etis dibandingkan dengan kebohongan putih atau pengendalian diri yang menjaga perasaan orang lain. Moralitas kontekstual menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak dari tindakan kita pada hubungan interpersonal. Dalam hal ini, kadang-kadang memilih untuk menahan diri dari mengekspresikan kekecewaan atau ketidaksetujuan bisa menjadi langkah yang lebih bijaksana untuk menjaga keharmonisan hubungan yang lebih panjang dan stabil. Keputusan ini tidak berarti mengorbankan nilai moral, melainkan memilih cara yang lebih strategis dan bertanggung jawab untuk memelihara hubungan tersebut.

Etika kebajikan Aristotelian, khususnya konsep phronesis atau kebijaksanaan praktis, memberikan perspektif yang penting di sini. Kebijaksanaan praktis mengajarkan kita untuk menilai situasi secara bijaksana dan memilih kapan waktu yang tepat untuk berbicara jujur atau kapan saatnya menahan diri. Ini bukan soal memilih kebohongan atau penipuan, tetapi lebih kepada strategi adaptif yang sesuai dengan konteks situasi sosial yang dihadapi. Dalam hal ini, pengendalian diri dan pengelolaan emosi yang bijak adalah bagian dari kebajikan moral, yang memungkinkan kita untuk bertindak secara etis dalam kehidupan sosial yang penuh tantangan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun