Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi Sikap Munafik

17 Desember 2024   22:04 Diperbarui: 18 Desember 2024   03:40 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggabungkan tiga teori utama untuk membangun argumentasi yang holistik dan koheren.

Integrasi dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian logis antara filsafat moral, psikologi kognitif, dan studi kecerdasan emosional.

Analisis dan Pembahasan

Setelah memaparkan metode penelitian yang menjadi dasar pengumpulan dan analisis data, kini saatnya kita memasuki inti dari kajian ini: analisis dan pembahasan. Melalui pendekatan multidisiplin yang telah diuraikan, kami akan menguraikan bagaimana munafik strategis berperan dalam menjaga harmoni relasi sosial, sembari mengaitkannya dengan temuan dari filsafat, psikologi, dan neuroscience untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan mendalam.

Rekonstruksi Makna Munafik: Dari Stigma Negatif ke Munafik Strategis

Dalam tradisi moral yang dominan, kemunafikan sering kali dipandang sebagai simbol kebohongan dan pengkhianatan terhadap nilai-nilai etis yang mendasar. Sebutan "munafik" sarat dengan konotasi negatif, seolah-olah setiap bentuk ketidaksesuaian antara hati, sikap, dan perbuatan adalah sebuah dosa moral yang tak termaafkan. Namun, jika dipandang melalui lensa multidisiplin---melibatkan filsafat etika, psikologi, dan bahkan neuroscience---munafik dapat didekonstruksi menjadi sesuatu yang lebih kompleks: sebuah tindakan strategis yang adaptif dan berfungsi untuk menjaga harmoni dalam kehidupan sosial yang sering kali rumit dan penuh tuntutan. Konsep munafik strategis muncul bukan sebagai kebohongan manipulatif, melainkan sebagai bentuk pengendalian diri yang berakar pada kebijaksanaan praktis.

Jika kita meninjau pandangan Aristoteles dalam Nicomachean Ethics, kebajikan moral atau aret adalah keseimbangan antara dua ekstrem yang berlawanan---jalan tengah yang disebut sebagai golden mean. Aristoteles menekankan phronesis, atau kebijaksanaan praktis, sebagai kemampuan untuk bertindak tepat sesuai dengan situasi konkret yang dihadapi. Di satu sisi, kita menemukan kejujuran brutal sebagai salah satu ekstrem: kejujuran yang tidak terkendali mungkin mengakibatkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan. Mengungkap kekecewaan atau kemarahan secara spontan, misalnya, bisa melukai perasaan orang lain, merusak relasi, dan menciptakan konflik yang tidak perlu. Di sisi lain, kepalsuan manipulatif berdiri sebagai ekstrem lainnya: kebohongan yang hanya berorientasi pada kepentingan pribadi tanpa landasan moral menghancurkan kepercayaan, integritas, dan rasa autentisitas dalam relasi.

Dalam kondisi ini, munafik strategis muncul sebagai tindakan yang lebih bijak---jalan tengah yang menyeimbangkan kejujuran dengan pengendalian diri. Dengan menekan ekspresi emosi negatif yang berpotensi merusak dan memilih untuk menunjukkan perilaku yang lebih terkendali, individu sesungguhnya sedang mengupayakan harmoni dalam interaksi sosial. Kebijaksanaan praktis ini tidak menuntut kita untuk menyangkal perasaan atau niat sebenarnya, tetapi menuntun kita untuk mengekspresikannya di waktu dan cara yang lebih tepat. Munafik strategis, oleh karena itu, bukan pengingkaran nilai-nilai moral, melainkan penerapannya dalam bentuk yang lebih adaptif dan fungsional.

Filsuf modern seperti Alasdair MacIntyre dalam After Virtue memperkuat relevansi kebajikan moral dalam konteks praktik sosial yang nyata, bukan sekadar idealisme etis yang abstrak. Menurut MacIntyre, kebajikan tidak berdiri sendiri dalam ruang kosong, melainkan berkembang dalam dinamika sosial yang melibatkan tanggung jawab, hubungan timbal balik, dan kebutuhan untuk menjaga stabilitas relasi. Munafik strategis adalah respons etis terhadap realitas ini, di mana kejujuran yang "telanjang" tidak selalu merupakan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah relasi. Dalam situasi tertentu, ketulusan yang terlalu impulsif bisa merusak fondasi kepercayaan yang justru perlu dipertahankan demi kebaikan bersama.

Ambil contoh dalam konteks kehidupan keluarga. Seorang ayah yang kecewa dengan keputusan anaknya mungkin memilih untuk menekan perasaannya dan tidak langsung mengungkapkan kritik keras. Ini bukan berarti ia menyangkal rasa kecewanya, melainkan memahami bahwa menegur dengan kemarahan hanya akan menjauhkan anaknya dan memperburuk situasi. Sebaliknya, dengan menunda reaksi spontan dan memilih pendekatan yang lebih positif, ia menciptakan ruang bagi komunikasi yang lebih produktif, sekaligus menunjukkan kebijaksanaan praktis sebagai seorang pemimpin keluarga. Dalam hal ini, munafik strategis bukan pengkhianatan terhadap keaslian dirinya, melainkan upaya untuk menjaga keutuhan hubungan sambil tetap memberikan bimbingan secara konstruktif.

Implikasi dari rekonstruksi ini cukup signifikan. Munafik strategis membantu kita menjembatani dilema etis antara menjaga integritas pribadi dan merespons tuntutan sosial yang memerlukan keharmonisan. Pada titik ini, kemunafikan tidak lagi dilihat sebagai kelemahan moral, tetapi sebagai kebajikan praktis yang relevan dalam menghadapi kompleksitas kehidupan sehari-hari. Dengan mengedepankan pengendalian diri dan kebijaksanaan dalam berperilaku, individu dapat memelihara keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan relasi sosial, membuktikan bahwa tindakan yang terkendali sering kali lebih etis dan bermakna dibandingkan kejujuran impulsif yang tanpa pertimbangan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun