Teori forgetfulness yang kami ajukan menawarkan solusi atas masalah ini.
Adaptive Forgetfulness: Kita harus memahami bahwa otak manusia tidak dirancang untuk menyimpan segala sesuatu. Dengan teknologi yang menyimpan memori secara permanen, masyarakat perlu belajar untuk "melupakan" informasi yang tidak relevan lagi, seperti foto atau video lama selebritas yang sudah memilih jalan hidup baru.
Intentional Forgetfulness: Artis-artis ini berhak untuk memilih apa yang ingin mereka ingatkan kepada publik. Mereka juga berhak untuk meminta publik melupakan masa lalu mereka. Ini adalah hak mereka sebagai individu yang berkembang dan berubah.
Systemic Forgetfulness: Dalam level kolektif, masyarakat harus mulai menciptakan budaya yang lebih menghormati privasi dan perubahan seseorang. Platform digital juga memiliki tanggung jawab untuk mendukung hak ini, misalnya dengan menghapus konten yang merugikan atas permintaan individu.
Hak untuk Dilupakan: Relevansi yang Lebih Luas
Hak untuk dilupakan tidak hanya relevan bagi selebritas, tetapi juga bagi semua orang. Bayangkan seorang individu yang ingin melanjutkan hidup setelah pengalaman buruk, seperti perundungan online, skandal, atau bahkan sekadar unggahan masa lalu yang memalukan. Tanpa forgetfulness, masa lalu itu menjadi beban permanen.
Dalam kehidupan sehari-hari, melupakan dapat diterapkan dengan cara yang sederhana:
1. Secara pribadi, kita bisa memilih untuk tidak lagi mencari atau membagikan konten lama seseorang, terutama jika itu merugikan.
2. Secara komunitas, kita bisa mendukung inisiatif yang menghormati perjalanan perubahan seseorang.
3. Secara sistemik, pemerintah dan platform digital harus mendukung regulasi seperti "hak untuk dilupakan" yang memungkinkan individu untuk menghapus data yang tidak lagi mereka inginkan.
Melupakan: Seni untuk Masa Depan