Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menyelamatkan Rawa Demokrasi dari Buaya Politik

27 November 2024   08:08 Diperbarui: 27 November 2024   08:29 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ini adalah Prisoner's Dilemma yang mana dalam sistem ini bisa terjadi posisi saling merugikan jika semua pihak memilih untuk bertindak demi kepentingan pribadi tanpa memperhatikan jangka panjang. Game theory menunjukkan bahwa jika politisi terus bermain dengan politik uang dan rakyat hanya mengejar keuntungan jangka pendek, maka kita semua akan kehilangan dan demokrasi kita akan menjadi sistem yang rusak.

Teori Ibnu Khaldun: Kehilangan 'Asabiyyah dan Solidaritas Sosial

Menurut Ibnu Khaldun, dalam peradaban yang berkembang, masyarakat harus memiliki 'asabiyyah, yaitu solidaritas sosial yang kuat. Ketika solidaritas ini hilang, maka peradaban mulai runtuh. Dalam konteks ini, jual suara, kehilangan suara, dan golput adalah tanda bahwa 'asabiyyah dalam masyarakat kita sedang melemah. Politisi yang tidak lagi peduli dengan rakyat, serta masyarakat yang memilih untuk tidak berpartisipasi atau menjual suara mereka, menunjukkan ketidakpedulian terhadap nilai-nilai bersama. Akibatnya, kita memasuki fase kemunduran sosial dan politik.

Teori Toynbee: Gagal Merespons Tantangan

Arnold Toynbee dalam teorinya tentang peradaban juga mengingatkan bahwa ketika sebuah masyarakat tidak mampu merespons tantangan dengan cara yang kreatif, maka peradaban tersebut akan menuju kehancuran. Fenomena jual suara, kehilangan suara, dan golput adalah tantangan besar bagi demokrasi kita. Jika elite politik hanya merespons dengan politik uang, dan masyarakat memilih untuk menghindar atau tidak peduli, maka kita akan melihat peradaban demokrasi kita mengalami kemunduran.

Rawa Demokrasi yang Kering

Nah, jika kita terus membiarkan praktik politik yang buruk menjadi kebiasaan dan tuman  seperti halnya jual suara, kehilangan suara, dan golput menguasai medan, rawa demokrasi kita akan kering, dan yang tersisa hanya buaya-buaya politik yang terus menggerogoti tanah subur itu.

Jika kita tidak mulai bangkit dan mengambil tindakan, maka kita akan terus terjebak dalam lingkaran setan ini. Tidak ada yang akan berubah kecuali kita sendiri yang memilih untuk berubah. Jangan biarkan rawa demokrasi ini jadi kuburan bagi masa depan kita!

Jika kita biarkan buaya politik berkuasa, kita akan semakin jauh dari demokrasi yang sejati. Waktu untuk bertindak adalah sekarang, bukan besok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun