Misalnya, AI dapat membantu pekerja melakukan tugas-tugas yang berulang sehingga mereka bisa fokus pada pekerjaan yang lebih kreatif dan bernilai tambah. Dengan cara ini, buruh tetap relevan sebagai faktor produksi dan, pada saat yang sama, mampu menjaga daya beli mereka sebagai konsumen.
Keseimbangan Adalah Kunci
Dalam konteks ini, kebijakan dan pendekatan inovasi menjadi sangat penting. Kita harus memastikan bahwa setiap kemajuan teknologi tidak hanya mementingkan efisiensi produksi, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap pasar tenaga kerja dan daya beli masyarakat.Â
Gerakan buruh dan organisasi buruh bisa memainkan peran besar di sini dengan mendorong dialog antara pekerja, pengusaha, dan pembuat kebijakan.
Jika tidak dikelola dengan hati-hati, kita bisa menghadapi paradoks besar: teknologi yang diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia justru berujung pada ketimpangan ekonomi yang lebih besar dan penolakan sosial yang meluas.Â
Oleh karena itu, saat kita melangkah ke era AI, kita harus memastikan bahwa teknologi ini bekerja untuk mendukung peran ganda buruh sebagai faktor produksi dan konsumen. Dengan begitu, kita tidak hanya menciptakan teknologi yang canggih, tetapi juga menciptakan masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H