Bahkan organisme hidup yang paling sederhana (seperti bakteri) sangatlah kompleks, dengan proses biokimia yang rumit dan sistem pengaturan mandiri. Kompleksitas ini menunjukkan bahwa peralihan dari benda mati ke benda hidup tidak bisa dilihat sebagai akibat sederhana dari berkumpulnya molekul-molekul. Sebaliknya, hal ini mungkin memerlukan tingkat pengorganisasian, aliran informasi, dan pengorganisasian mandiri yang lebih dalam yang melampaui reaksi kimia dasar.
Kesulitan dalam menciptakan kembali bentuk kehidupan sederhana dari bahan dasar menggarisbawahi fakta bahwa kehidupan lebih dari sekedar molekul yang tersusun dalam urutan tertentu---kehidupan adalah sistem dinamis dengan proses fungsional seperti metabolisme, penyimpanan informasi, replikasi, dan pengaturan diri, yang mana tidak dapat dengan mudah ditiru dari awal.
Jadi kehidupan bukanlah fenomena materialistis semata yang dapat direduksi menjadi interaksi fisika dan kimia dasar. Sebaliknya, hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa kehidupan memerlukan masukan eksternal---mungkin dari prinsip panduan atau kekuatan non-material---yang melampaui interaksi molekul. Hal ini menunjukkan pentingnya peran faktor eksternal (misalnya campur tangan ilahi, informasi tingkat tinggi) dalam perkembangan kehidupan.
Kita melihat bahwa kehidupan bukan sekedar hasil dari proses material, namun melibatkan dimensi tambahan, seperti kesadaran, kecerdasan, atau informasi yang belum sepenuhnya dipahami atau diukur. Dalam konteks ini, kehidupan tidak "muncul" secara langsung dari benda mati, dan penciptaan kehidupan memerlukan sesuatu yang lebih dari sekedar akumulasi molekul, RNA, atau unsur-unsur biologis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H