Terbayangkan bagaimana mimik wajah Sabine Hossenfelder jika mengetahui hal ini. Dia pasti akan pusing dengan hal ini. Padahal sih gampang aja, tinggal sebutkan saja apa entitas fisika bahkan partikel elementer bermassa yang mampu bergerak mendekati kecepatan cahaya dan berperilaku seperti diprediksi oleh relativitas khusus.
Iya memang proton dalam akselerator LHC yang dipercepat mencapai 0.999999991 kecepatan cahaya membutuhkan 6 Tev  energi yang 7.300 lebih besar dari energi diamnya menunjukkan pertambahan massa akibat efek relativitas khusus. Tapi saya melihat, ketika kecepatannya terus ditingkatkan, maka proton akan secara spontan mengalami peluruhan atau decay menjadi photon sehingga akhirnya tidak bermassa.Â
Jika begitu, jika relativitas khusus tidak bisa menjangkau maksud dari konsep waktu di dalam Al Qur'an, barangkali kita bisa mencoba memahami Al Qur'an dalam kerangka relativitas umum. Untuk maksud itulah diskusi ini dibuat. Yuk kita lihat.Â
Konsep Waktu dalam Al Qur'an
Konsep relativitas waktu dan dilatasi waktu dapat kita turunkan pemahamannya dari 6 titik ayat-ayat ini, yaitu:
1. QS. 22:47. Ayat ini menyinggung tantangan kaum kafir untuk disegerakan datangnya azab. Tantangan ini dijawab Allah bahwa azab itu sebenarnya sudah sangat dekat. Eksistensi dilatasi waktu saja yang menyebabkan itu terasa lama. Allah menyatakan bahwa satu hari dalam kerangka acuan Allah adalah seribu tahun dalam kerangka acuan manusia. Ini juga menjadi indikasi bahwa waktu terikat pada ruang. Secara eksplisit dikatakan satu hari setara dengan seribu tahun.
2. QS. 32:5. Ayat ini menyatakan waktu yang terikat dengan kecepatan malaikat melakukan perjalanan Bumi - Langit. Dalam ayat ini pun dinyatakan bahwa satu hari setara dengan seribu tahun.
3. QS. 70:4. Sama seperti ayat sebelumnya, ayat ini membahas tentang relativitas waktu yang berkaitan dengan perjalanan malaikat pp Bumi - Langit. Kali ini malaikat tersebut bergerak lebih cepat dari malaikat yang disebutkan di ayat point 2 sebelumnya, sehingga waktu melambat 50 kali, di mana satu hari setara dengan 50 ribu tahun. Ini juga membawa pemahaman waktu yang terikat dengan gerak dan kecepatan bergerak.
4. QS. 18:25. Ayat ini menceritakan para Ashabul Kahfi yang merasa tertidur cuma setengah hari atau satu hari saja, padahal mereka sebenarnya telah tertidur selama 309 tahun. Ini sebenarnya tidak menunjukkan dilatasi waktu, tapi hanya sebatas kepada waktu bersifat relatif terhadap persepsi dan sisi subyektif manusia. Tapi ini tidak sampai membawa kita kepada pemahaman bahwa waktu adalah ilusi, seperti yang sebagian orang pahami saat ini.
5. QS. 36:38-40. Siklus Bulan dan Siklus Semu Matahari dalam peranannya untuk penghitungan waktu dibahas di ayat ini. Ayat-ayat ini menegaskan relativitas waktu yang terikat pada gerak. Ayat-ayat ini juga menjelaskan bagaimana waktu di Bumi diukur dan dihitung.
6. QS. 36:52. Ayat ini menggambarkan manusia ketika dibangkitkan dari alam kubur saat drama kiamat terjadi. Mereka merasa hanya tertidur sebentar saja, padahal telah terkubur milyaran tahun. Ini merupakan indikasi waktu yang terikat dengan dimensi. Semakin tinggi dimensinya, yang dalam konteks ayat ini adalah alam barzah, semakin lambat waktu berjalan.Â