Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sains dalam Perspektif Tasawuf

24 Maret 2024   02:55 Diperbarui: 24 Mei 2024   04:45 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa sains dan teknologi secara sadar diarahkan untuk menjawab tantangan Tuhan dalam Al Qur'an terutama QS Al Ghassiyah 17-20 dan QS Ar Rahman 33?

Peradaban sejak awal mula selalu berkutat dengan masalah demografi, pangan, energi, air, dan astronomi.

Mengapa peradaban hanya berputar-putar pada tantangan Al Qur'an di QS Al Waqiah 57-75?

Kenapa tantangan sains dan filsafat dengan logika, metode ilmiah, dan matematika sebagai alatnya terus berada di antara 2 kutub seperti digariskan oleh QS Al A'la 10-11? Di mana sebagian orang memperalat filsafat dan sains untuk membuktikan Tuhan itu tidak ada, sementara sebagian lainnya mengatakan bahwa sains dan filsafat itu tidak ada, yang ada cuma sifat, kehendak, kuasa, ilmu, dan wujud Tuhan saja.

Forensik Ketuhanan 

Sebagaimana ahli psikologi, ahli seni dan ahli forensik bisa memprediksi sifat dan tokoh di balik perbuatan dan karya kreasi, maka Ulil albab membaca sifat Allah dari ciptaan dan perbuatanNya di samping pengajaran langsung dari Allah melalui Al Qur'an dan Muhammad.

Semesta seluruhnya hadir sebagai bentuk dari sifat-sifat Tuhan. Tapi itu belum cukup. Sifat Maha Pengampun dan Maha Pemaaf belum mengambil bentuk. Maka Dia ciptakan manusia yang mampu bersalah, meminta maaf, dan bertobat. Manusia beradaptasi dan belajar dari kegagalan, kesalahan, dan keraguan. Ini adalah mekanisme ilahiah. Sains dan teknologi lahir dari itu semua.

Adalah benar bahwa mahluk hidup memiliki kemampuan beradaptasi. Tapi itu adaptasi yang terbatas. Terbatas kepada daya dukung genetik, daya dukung rantai makanan, daya dukung fisiologis dan metabolisme, daya dukung fungsionalitas organ dan sistem organ, daya dukung kecerdasan, dan daya dukung kesadaran. Adaptasi itu juga bukan adaptasi tanpa batas. Seleksi alam secara frontal menolak hadirnya adaptasi tanpa batas. Adaptasi yang paling cocok dengan kebutuhan alam saja yang diterima.

Adalah benar bahwa segala sesuatu termasuk mahluk hidup dirakit atau diassembly dari unsur, komponen, dan sistem yang sudah ada sebelumnya. Tapi alam yang efisien menolak proses assembly yang random. Ini yang terjadi yang diterima alam adalah assembly yang terarah. Suatu assembly yang mempunyai kegunaan atau purpose baik itu atas tuntutan seleksi alam, tuntutan kesadaran, maupun tuntutan rantai makanan. Purpose yang dasar yang disyaratkan alam adalah tercapainya utilitas tertinggi dan terbaik yang mungkin bisa dicapai dengan efisiensi serendah mungkin. Alam tidak mengizinkan kemubaziran.

Alam seolah-olah berkesadaran, padahal yang berkesadaran adalah Tuhan. Alam tidak pernah menceritakan dirinya dan tidak pernah pula mensifati dirinya. Tuhan lah yang menceritakan diriNya dan mensifati diriNya. 

Manusia dalam Bingkai Sains dan Tasawuf 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun