Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sains dalam Perspektif Tasawuf

24 Maret 2024   02:55 Diperbarui: 24 Mei 2024   04:45 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Begitulah cara kita memandang sains dan teknologi. Segala sesuatunya membutuhkan blueprint cerdas untuk mencapai utilitas tertinggi.

Perspektif Tasawuf

Hadirnya kita manusia sebagai sistem biologis, sistem kimia, sistem fisika, sistem matematika, sistem informasi, sistem kecerdasan, dan sistem kesadaran tertinggi, terkompleks, dan terakhir di semesta ini adalah hasil dari kuasa, kehendak, dan ilmu yang maha besar. Itulah Tuhan. Tapi kini bahkan kita tidak lagi menyebut nama Tuhan dalam literatur dan narasi sains kita. Tidak sebagai subjek aktif dalam sains dan teknologi yang membuka tabir khazanah ilmu kepada manusia. Tidak sebagai subjek yang mengajarkan sains kepada manusia dengan perantaraan kalam dan qolam.

Padahal dalam perspektif tasawuf segala sesuatu itu tidak ada, yang ada cuma Tuhan. Semua eksistensi itu adalah refleksi dari sifat dan wujud Tuhan. Sains dan teknologi adalah bayangan dari sifat, kuasa, kehendak, dan ilmu Tuhan. Semua eksistensi itu tidak ada jika sifat, kuasa, kehendak, dan ilmu Tuhan tidak hadir di situ. Semua eksistensi itu tidak ada, yang kita lihat adalah sifat, kehendak, kuasa, dan ilmu Tuhan. Semua eksistensi itu tidak ada, yang ada cuma Tuhan.

Bagaimana pun perspektif tasawuf tidak bisa disatukan dengan perspektif atheisme dalam sains. Inti kesenjangan perspektifnya ada di epistemologi.

Perspektif tasawuf dengan perspektif atheisme tidak akan bisa disatukan, walaupun obyeknya sama yaitu sains. Perspektif atheisme hanya mengolah persepsi materialisme sehingga melahirkan epistemologi yang setara dengan persepsinya.

Para penganut atheisme menuntut peran Tuhan harus tampak aktif dalam proses fisika, kimia, dan biologi, tapi Dia harus berada di luar fisika, kimia dan biologi sehingga bisa dibedakan antara mekanisme fisika, kimia dan biologi dengan mekanisme ilahiah. Ini tuntutan yang sangat lucu.

Fisika dan biologi itu mekanisme ilahiah dan Tuhan pun bekerja dalam perangkat fisika, kimia dan biologi. Mukjizat yang jelas berada di luar dan melampaui mekanisme fisika dan biologi pun tetap saja ditolak para atheis.

Tuhan menciptakan, hadir, dan ada bersama dengan mekanisme fisika, kimia, biologi, dan matematika, bahkan mengarahkan sains dan teknologi kepada tujuan-tujuanNya.

Arah Sains dan Teknologi 

Teleskop luar angkasa yang lebih besar dan lebih sensitif terus dibangun, penumbuk partikel yang lebih besar dan lebih canggih direncanakan dibangun, teknik CRISPR dan Click Chemistry terus disempurnakan. Misi ke Bulan, juga ke Mars, dan seluruh penjuru langit yang mungkin terus dikirim. Semua sekedar penasaran dengan asal usul kehidupan, asal usul semesta, asal usul bumi. Padahal semua tidak tidak memberikan manfaat langsung dan instan kepada kesejahteraan manusia dan kemanusiaan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun