Cara Mudah Memahami Teori Assembly : Simpul Bagi Fisika, Kimia, Biologi, dan Kosmologi
Pendahuluan
Ketika melihat setumpuk balok lego, kita tahu bahwa kita bisa membentuk struktur apa saja dari mulai yang by design, yang arbiter, ataupun yang random. Jumlah struktur yang bisa kita buat hampir tak terhingga, tanpa batas. Jumlah pengulangannya juga tidak dibatasi. Batasannya cuma satu yaitu jumlah lego.
Jika materi pembentuk lego itu tidak terbatas, maka jumlah lego yang bisa dihasilkan juga tak terbatas. Jika jumlah lego yang tersedia tidak terbatas, maka jumlah struktur yang dibangun pun tidak terbatas.
Tapi bila kita melihat kepingan puzzle berserakan, kita sadar kita tidak bisa membentuknya secara arbiter dan random, melainkan kita harus menemukan gambar besarnya yang by design. Untuk kasus puzzle ini, kita harus bisa memahami dan mengetahui lebih dulu blue print atau desain dasar atau gambar besarnya terlebih dahulu, sebelum kita menyatukan kepingan puzzle yang ada. Apalagi jika struktur yang akan dibangun itu harus memenuhi syarat fungsional, estetis, dan proporsional.
Di lain waktu, kita bisa sangat mudah mempreteli suatu struktur lego misalnya, kemudian melakukan klasifikasi menurut warna, bentuk, dan panjang, tapi setelah itu kita bisa sangat kesulitan ketika harus menyusunnya kembali seperti sedia kala.
Analogi ini akan kita gunakan sepanjang tulisan ini. Analogi ini akan membantu kita memahami Teori Assembly yang diklaim mampu mengikat dan menjembatani fisika, kimia, biologi, dan bahkan kosmologi. Di satu sisi di sini kita akan terlihat seperti mendukung Teori Assembly dan pada saat yang sama mengkritisi serta menunjukan batasan dan keterbatasannya khususnya dalam upaya kita memahami evolusi biologi secara lebih holistik dan detail.
Paradoks
Basa nitrogen ACTG dalam rantai DNA tampak seperti balok lego yang mana pengulangannya bisa tanpa batas dan panjangnya pun bisa tak terhingga. Setiap rantai DNA bisa terbentuk dari set gen dalam jumlah yang tak tertentu. Sehingga dengan demikian seharusnya jumlah entitas biologis yang terbentuk di biosfer tidak tertentu, dan tidak hanya terbentuk di Bumi saja. Bahkan bisa berlimpah ruah di seluruh sudut semesta.
Tapi evolusi biologi secara keseluruhan adalah kepingan puzzle, dan bukan balok lego. Dia tidak random, tidak pula arbiter. Terdapat paradoks di sini. Jadi walaupun secara genetik jumlah keragaman spesies seharusnya tidak terbatas, evolusi telah membatasinya.
Paradoks ini membuat kita penasaran untuk mencari tahu, apakah entitas biologi terbentuk mulai dari struktur besar dulu yaitu pada tingkat organisme, baru kemudian faktor genetik menyesuaikan, ataukah terbentuk dari skala mikro dulu di tingkat gen, baru kemudian organisme membentuk diri sesuai dengan cetak biru genetikanya.