Bagaimana pula dengan sejumlah entitas biologi yang dekat secara morfologi tapi berbeda jauh secara genetika, Â atau sebaliknya yaitu dekat secara genetika tapi morfologinya berjauhan. Manusia secara morfologi lebih dekat kepada Primata seperti Simpanse dan Bonobo, tapi secara genetika lebih dekat dengan Babi.
Tapi itu bukan satu-satunya paradoks.
Entitas biologis baik secara morpologi, fisiologi, metabolisme, dan genetika dirakit baik mengikuti konsep periodik tilling, non periodik tilling, maupun aperiodik tilling sehingga bisa terjadi satu organ dalam satu spesies merupakan evolusi divergen, tapi organ yang lain pada spesies tersebut adalah hasil evolusi konvergen. Tikus berbelalai adalah contoh yang umum dari hal ini. Manusia pun walaupun secara morfologi adalah evolusi divergen dari Primata, otak kita adalah evolusi konvergen dari reptil dan mamalia.
Sementara tingkat kecerdasan dan tingkat kesadaran manusia bukanlah hasil evolusi baik divergen maupun konvergen, melainkan adalah hasil proses revolusi yang mana seperti ditanamkan begitu saja ke dalam fisik Primata ini.
Memang begitu, memang biasa terjadi evolusi konvergen berasal dari perpaduan anasir sejumlah entitas biologis yang sama sekali berbeda satu sama lain. Sedangkan dalam evolusi divergen, variasinya bisa lebih mudah dilacak.
Permutasi DNA : Periodik, Non-Periodik, Aperiodik
Jika pengulangan gen CAG dalam rantai DNA berulang sebanyak 6 kali menjadi CAG-CAG-CAG-CAG-CAG-CAG atau bahkan 51 kali, kita bisa dengan mudah menentukan bahwa salinan gen itu berulang secara periodik. Sementara jika salinannya berurutan seperti ini, AGT-CGA-TGC-ATA-TGC-ATA-GTC-AGT-CGA-TGC, maka ini bisa disebut sebagai Non-Periodik. Pada contoh kasus ini, pengulangannya terjadi pada gen AGT-CGA-TGC. Bila urutannya sangat acak, kita masukkan itu ke dalam kelompok Aperiodik.
Bagaimanapun 20.000 lebih gen dalam 4 jenis basa nitrogen ACGT membentuk satu set gen yang terdiri dari 3 huruf akan mengalami pengulangan juga, sehingga bentuk permutasi yang aperiodik akan sangat sulit ditemukan.
Apa yang bisa kita pelajari dari sini?
Jika proses evolusi dipahami sebagai perakitan dari satu set gen tunggal yang kemudian membentuk rantai DNA yang semakin panjang seiring dengan kompleksitas entitas biologis dan rentang waktunya, ini berarti sifat-sifat biologis berikut keunggulan dan kelemahannya seharusnya terakumulasi.
Kedua, menjadi hal yang dimaklumi jika satu organ tampak berevolusi secara divergen, sedangkan organ yang lain berevolusi secara konvergen dalam satu spesies tertentu.