Padahal di awal kemunculannya di Bumi ini, manusia sungguh butuh tubuh yang besar, otot yang kuat mengangkat beban super berat, berlari cepat, terbang, menyelam, dan bereproduksi cepat untuk berburu, mencari makan, menghindari predator, dan menghadapi kondisi alam, serta untuk mengimbangi kecerdasan dan kesadarannya yang masih berkembang.
Tapi ketimbang meningkatkan fungsionalitas organ dan menumbuhkan organ baru, manusia lebih suka memutuskan untuk mengembangkan secara revolusioner otaknya, baik volume maupun strukturnya, serta kecerdasannya, dan kesadarannya. Pengembangan kesadaran ini pula yang mendorong manusia mampu mengembangkan kerjasama yang fleksible dengan menyinkronkan, menyesuaikan, dan menjaga kepentingan pribadinya dengan kepentingan kelompoknya dan kepentingan kemanusian secara keseluruhan.
Pengembangan otak, kecerdasan, kesadaran dan kerjasama manusia untungnya jauh lebih cepat daripada tantangan predator dan alam. Jika proses pengembangannya sedikit lebih lambat, maka manusia hanya ada dalam kurun waktu yang singkat saja di Bumi, kemudian punah. Jadi ini lebih tepat jika proses ini disebut revolusi daripada evolusi.
Keputusan manusia untuk mengembangkan otak, kecerdasan, kesadaran, dan kerjasama terbukti sebagai keputusan yang sangat tepat. Dengan begitu, manusia berada "di atas" semua binatang. Posisi ini didapat setelah manusia mampu menciptakan alat dari bahan yang tersedia di alam, melakukan eksplorasi, belajar, menghimpun pengetahuan, menjalin kerjasama, dan mengembangkan peradaban.
Upaya manusia dalam mengembangkan volume otak, struktur otak, kualitas kecerdasan dan tingkat kesadaran tidak mungkin bisa dicapai jika tidak ada daya dukumg genetik. Untuk itu perlu pula dukungan revolusi dalam DNA manusia.
Revolusi dalam volume dan struktur otak secara fisik, juga revolusi kualitas kecerdasan dan tingkat kesadaran secara "software", yang sinkron dengan revolusi genetik pada manusia telah berlangsung secara terorganisir dan terkoordinasi dengan baik, seolah tidak ada sekat di antara ketiga aspek itu. Ini semua bukan proses yang random, apalagi arbiter.
Hewan yang Berevolusi dengan Kecerdasan Setara Manusia
Bayangkan juga jika harimau itu mengikuti arah evolusi manusia dengan terus mengembangkan kemampuan adaptasi dan evolusinya pada otak dan kecerdasannya sehingga bisa mencapai kecerdasan setara manusia, tentu manusia akan menjadi budak jajahan dari harimau.
Kenapa harimau tidak melakukan itu ya? Apakah mereka tidak merasa terusik habibat mereka semakin terancam? Apakah mereka tidak miris melihat sesama mereka dikurung dan dijadikan tontonan di kebun binatang? Apa mereka tidak sadar dengan masa depan eksistensi mereka? Kenapa mereka tidak tertarik berburu manusia secara aktif, padahal jika saja begitu mereka tidak akan kekurangan makanan? Kenapa evolusi mereka terutama evolusi kecerdasannya seperti terhenti?
Harimau yang Aktif Berburu Manusia
Jika saja harimau itu sadar diri bahwa dirinya lebih kuat daripada manusia, dan bisa menilai bahwa berburu rusa itu lebih sulit karena rusa lebih gesit dalam bergerak dan lebih cepat dalam berlari, tentu aktif berburu manusia lebih mudah dan lebih menyenangkan. Untungnya, evolusi kesadaran manusia jauh lebih cepat daripada evolusi kesadaran harimau, sehingga kemampuan manusia mengembangkan alat dan memanipulasi lingkungan lebih cepat daripada tantangan survival yang berasal dari harimau.