Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Essay Menuju Dialektika Energi: Accelerating Universe Menantang Konsep Fisika Baku

9 Juli 2023   02:08 Diperbarui: 10 April 2024   15:53 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Argumentasi kami didasarkan kepada prinsip kelembaman, bahwa sesuatu yang diam akan selamanya diam kecuali jika ada gaya yang memengaruhinya, dan sesuatu yang  bergerak akan tetap terus bergerak kecuali ada gaya yang memengaruhinya.

Argumen kedua kami didasarkan kepada fakta bahwa dalam sistem fisika, transformasi energi dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain tidak terjadi secara spontan. Transformasi energi membutuhkan mekanisme atau mesin tertentu.

Dengan begitu, perubahan energi dari energi potensial jalinan energi dengan ruang kepada energi kinetik yang menjadi sumberdaya Big Bang masih membutuhkan gaya atau trigger tertentu di luar variabel ruang dan variabel energi yang saling terjalin pada titik itu.

Kami melihat bahwa persamaan relativitas umum mengandung variabel informasi yang memungkinkan kelengkungan space-time memberitahu materi bagaimana bergerak dan pada saat yang sama energi memberitahukan space-time bagaimana untuk melengkung.

Kita membutuhkan formula dan mekanisme yang memungkinkan informasi bekerja pada tahap titik energi awal pembentukan Big Bang ini. Pada saat yang sama energi itu juga berperan menambahkan kekuatan momentum pada saat energi lepas menjadi Big Bang.

Matematika vs Sains

Bagi kebanyakan orang pada berbagai peradaban di sepanjang sejarah, ide tentang expanding universe, extra dimension dan multiverse tidaklah asing, tapi ketika fisika bisa membuktikan eksistensinya secara matematis itu jadi luar biasa.

Sebelumnya narasi tentang semesta yang dinamis dengan ukuran yang semakin besar, dimensi ekstra, dan semesta banyak yang berlapis dan bertingkat cuma sebatas dongeng, mitos, filsafat, dan narasi dalam teks religi. Matematika lah yang kemudian memberikan warna dan rasa yang berbeda pada filsafat, sehingga matematika menjadi bentuk dan wajah lain dari filsafat. Filsafat bersembunyi dalam notasi persamaan matematis.

Matematika kemudian menjadi bahasa kebenaran. Banyak hal lain menjadi benar dan logis jika bisa dinotasikan secara matematis.

Bahkan dalam banyak kasus, matematika selalu mendahului sains. Relativitas umum merupakan contoh terbaik dari matematika yang mendahului sains. Secara sederhana dapat dikatakan, rumuskan saja dulu secara matematika, baru kemudian dicarikan buktinya.

Tentunya cara kerja seperti ini, yaitu rumuskan dulu baru nanti dicarikan buktinya bertentangan dengan cara kerja sains. Sains didasarkan kepada bukti, bukan kepada narasi, baik narasi filsafat maupun narasi matematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun