Untuk itu karyawan perlu diberikan peluang yang cukup lebar untuk mengutarakan saran dan pendapatnya, mengembangkan dirinya dan pekerjaannya, melakukan aktualisasi diri, menjalankan kehidupan kerja yang seimbang, diajak untuk berpartisipasi dan berperan dalam menyelesaikan masalah perusahaan dan pekerjaan, dan mendapatkan bagian hasil secara adil dan proporsional atas pencapaian dan kemajuan perusahaan.
Selanjutnya perusahaan dan manajer dalam pelaksanaannya harus membatasi diri dari penggunaan ancaman, kecurigaan yang berlebihan, dan bersikap kasar terhadap pekerjanya.
Penerapan manajemen partisipatif ini bukan saja menjaga stabilitas cost, mendapatkan kontribusi solusi terbaik, output usaha yang lebih baik, dan suasana kerja yang positif bagi kemajuan perusahaan dan karyawan, melainkan juga mampu menghemat energi manager sehingga manajer bisa lebih fokus kepada hal-hal yang taktis dan strategis.
Sementara Theory X akan banyak menguras energi manajer. Manajer akan banyak pusingkan untuk "menjaga gawang", padahal dia sangat dituntut untuk mampu "menghasilkan gol yang banyak".
Lembaga pendidikan banyak terbantu dalam hal employee engagement karena baik karyawan maupun guru punya idealisme yang built-in sehingga upah rendah pun tidak banyak menyurutkan semangat mereka untuk terlibat dalam perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, penerapan manajemen tipe Y akan bukan sekadar meningkatkan employee engagement, melainkan juga employee satisfaction dan berakhir pada peningkatan customer satisfaction.
Disclaimer.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang lembaga pendidikan tertentu manapun. Jika pun ada kasus yang digambarkan di sini ada pernah terjadi sebagian atau seluruhnya pada suatu lembaga pendidikan, tidak pula berarti lembaga pendidikan tersebut yang dimaksudkan di sini. Uraian ini dimaksudkan sebagai bahan perbaikan. Jadi lebih baik segera melakukan pembenahan dan perbaikan.