Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nobel Fisika 2022 Entanglement: Ketika Sains Dikacaukan oleh Filsafat

23 Oktober 2022   16:40 Diperbarui: 6 November 2022   19:15 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hore Einstein Salah

Nobel Fisika 2022 merayakan dua hal yaitu, fenomena entanglement dalam Fisika Kuantum benar dan, yang kedua adalah Einstein salah. Mengetahui Einstein salah jadi terasa seperti kemenangan besar. Tidak mudah membuktikan Einstein salah. Dia adalah ikon sains dan kegeniusan. Membenturkan eksperimen pikiran seperti EPR Paradox dengan eksperimen pikiran juga yaitu Bell's Inequality tidak serta merta membuktikan Einstein salah. 

Sains Dilahirkan dan Dibunuh Oleh Filsafat

Einstein suka sekali melontarkan idiom filsafat. Untuk menyanggah fenomena superposition, dia mengatakan,"God doesn't play dice". Sedangkan untuk menolak fenomena entanglement, dia melontarkan istilah "Spooky action at distance".

Walaupun begitu, Einstein tidak berhenti pada titik pernyataan filsafat saja, dia juga membangun model matematika dan fisika untuk membuktikan kebenaran pernyataannya. EPR Paradox misalnya dikembangkan untuk melawan fenomena entanglement.

Bahkan Relativitas Khusus terutama Relativitas Umum terinspirasi dari filsafat Hume tentang relativitas ruang dan waktu. Bisa dikatakan bahwa Relativitas Khusus dan Relativitas Umum adalah bentuk matematis dari filsafat David Hume sebagaimana tertuang dalam bukunya Treatise of Human Nature.

Einstein dari sisi ini bisa dikatakan berhasil mengawinkan Filsafat dengan Fisika dan Matematika. Tapi di sisi lain juga telah mengacaukan fakta Sains dengan Filsafat.

Hal ini terlihat ketika dia merumuskan konstanta kosmologi atau lambdha. Semesta yang mengembangkan sebenarnya adalah konsekuensi logis dari Relativitas Umum, tapi karena mindset Einstein adalah semesta yang statis, maka dia merekayasa konstanta kosmologi itu. Walaupun di kemudian hari, konstanta kosmologi itu digunakan juga, tapi vektornya berubah dari negatif menjadi positif.

EPR paradoks juga bisa dianggap rekayasa matematika dari Einstein untuk membantah fenomena entanglement dalam Mekanika Kuantum.

Walaupun begitu, kita menangkap kegelisahan Einstein karena adanya kesenjangan yang besar antara realitas kuantum dengan realitas fisika dan biologi dalam keseharian kita manusia.

Arus Utama Sains

Teori Evolusi, Teori Relativitas baik Relativitas Khusus maupun Relativitas Umum, dan Teori-teori dalam Mekanika Kuantum mengisi alam pemikiran sains saat ini. Tapi seberapa baik setiap teori itu menjawab tantangan dan menjelaskan realitas?

Secara umum dikatakan bahwa proses biologi bisa dijelaskan dengan Kimia dan proses kimia bisa dijelaskan dengan Mekanika Kuantum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun