3. Pelanggaran Hak Anak
Dalam sejumlah kasus, sharenting sering dipandang sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak anak atas privasi. Hal ini terjadi karena anak-anak tidak memiliki kontrol atas informasi pribadi yang dibagikan oleh orang tua mereka ke dunia maya.
Orang tua, meskipun berniat baik, kerap kali tidak mempertimbangkan bagaimana unggahan tersebut dapat memengaruhi anak di masa depan, sehingga hak anak untuk menjaga privasi dan menentukan jejak digital mereka sendiri menjadi terabaikan.
Foto saya jaman dulu saja sering diejek oleh anak saya, bagaimana kalau foto anak kita di medsos di masa yang akan datang dijadikan bahan olok-olok atau bahan bulian.
4. Risiko Psikologis
Jika di kemudian hari seorang anak merasa tidak nyaman atau malu dengan unggahan yang dibuat oleh orang tua mereka, hal ini berpotensi menimbulkan dampak emosional yang serius. Tidak hanya memengaruhi rasa percaya diri anak, tetapi juga dapat merusak hubungan antara anak dan orang tua.
Anak mungkin merasa tidak dihargai atau kehilangan kendali atas citra diri mereka, yang pada akhirnya dapat membentuk persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Keadaan ini menunjukkan betapa pentingnya mempertimbangkan dampak jangka panjang sebelum membagikan informasi tentang anak di media sosial.
Cara Bijak Melakukan Sharenting
Sebagai orang tua, penting untuk tetap bijak dalam membagikan momen tentang anak di media sosial. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Pikirkan Konsekuensinya
Sebelum mengunggah sesuatu ke media sosial, penting untuk mempertimbangkan terlebih dahulu apakah informasi tersebut aman untuk dibagikan. Selain itu, pikirkan juga dampak yang mungkin timbul di masa depan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang terlibat dalam unggahan tersebut.