Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Sharenting, Antara Kebanggan dan Bahaya

29 Januari 2025   17:00 Diperbarui: 29 Januari 2025   17:18 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh mereka yang gemar mengunggah foto atau video ke Facebook adalah untuk menjadikannya tempat penyimpanan yang aman. Mereka khawatir file-file tersebut hilang jika hanya disimpan di ponsel atau laptop, misalnya akibat perangkat di-reset atau terkena virus.

Selain itu, kapasitas penyimpanan di Facebook dianggap lebih besar dan praktis, karena file yang diunggah dapat diunduh kembali kapan saja jika dibutuhkan. Hal ini menjadikan Facebook tidak hanya sebagai platform berbagi, tetapi juga sebagai media penyimpanan cadangan.

Ketika aktivitas ini dilakukan secara wajar, yaitu hanya mengunggah atau membagikan hal-hal yang penting dengan frekuensi yang tidak terlalu sering, tentu tidak menjadi masalah. Namun, realitanya menunjukkan bahwa hampir semua kegiatan, diunggah ke media sosial. Hal ini sering kali menciptakan kesan oversharing, di mana setiap momen, besar maupun kecil, terpublikasi tanpa adanya seleksi yang memadai.

Risiko dan Dampak Negatif

Meskipun terlihat sederhana, sharenting membawa berbagai dampak potensial, baik bagi anak maupun orang tua, antara lain:

1. Ancaman Privasi Anak

Setiap unggahan yang memuat informasi pribadi anak membawa risiko besar jika jatuh ke tangan yang salah. Foto-foto anak yang diunggah secara daring dapat dengan mudah diambil tanpa izin oleh para durjana atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Lebih dari itu, gambar-gambar tersebut bisa digunakan dalam konteks yang tidak semestinya, seperti eksploitasi atau penyalahgunaan lainnya (foto dijadikan profil akun oleh seseorang, kemudian dia melakukan penipuan). Risiko semacam ini menekankan pentingnya kehati-hatian dalam membagikan informasi anak di dunia maya.

2. Jejak Digital yang Permanen

Segala sesuatu yang diunggah di internet cenderung meninggalkan jejak yang sulit dihapus sepenuhnya. Informasi, foto, atau video yang dibagikan hari ini bisa terus tersimpan dan diakses di kemudian hari. Anak-anak yang menjadi subjek unggahan tersebut mungkin tumbuh dewasa dengan jejak digital yang tidak pernah mereka pilih sendiri.

Jejak ini berpotensi memengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka di masa depan, baik secara personal maupun profesional, terutama jika informasi tersebut digunakan di luar kendali mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun