Hama yang biasanya memakan rerumputan kini beralih menyerang daun kelapa sawit karena tidak ada lagi rerumputan yang tersisa sebagai makanan mereka.
Dari pengalaman ini, saya menyarankan kepada siapa pun yang ingin menanam sawit untuk tidak membuat kebun terlalu bersih. Mempertahankan sedikit vegetasi alami dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem di kebun.
Dari Lahan Terbengkalai Menjadi Ladang Produktif
Setelah mempertimbangkan bahwa pengelolaan kebun kedua sudah mulai stabil dan terasa lebih ringan, kami memutuskan untuk membuka lahan ketiga. Kebun ini tidak terlalu luas, hanya berukuran 120 x 40 meter, cukup untuk menanam sekitar 80 batang bibit kelapa sawit.
Namun, membuka lahan ini bukanlah tugas yang mudah. Lahan ini telah ditinggalkan selama lebih dari sepuluh tahun, sehingga membutuhkan upaya ekstra untuk membersihkannya.
Alasan utama mengapa lahan ini dibiarkan begitu lama adalah karena posisinya yang rendah, sehingga hampir selalu tergenang air kecuali pada musim kemarau.
Tantangan ini menjadi bagian dari perjalanan kami dalam mengelola kebun sawit secara bertahap.
Alhamdulillah, akhirnya ketiga kebun kami kini telah selesai ditanami. Ada kebun yang sudah mulai berproduksi, menghasilkan buah yang dapat dijual.
Ada pula yang masih dalam tahap belajar berbuah, di mana buah kecil-kecilnya harus dikastrasi karena kandungan minyaknya belum memadai. Sementara itu, kebun terakhir baru saja selesai ditanami bibit kelapa sawit.
Begitulah cara saya memenej modal yang terbatas untuk membuka kebun kelapa sawit di beberapa lokasi yang terpencar. Dengan keterbatasan modal, saya belajar bahwa kunci utamanya adalah memutar otak, merancang strategi, dan menentukan prioritas dengan cermat.
Pilihan untuk melangkah secara bertahap dan bijak telah menjadi jalan yang memungkinkan impian berkebun ini terwujud.