Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Dari Ladang ke Hati, Kisah Cinta dengan Kembang Turi

11 Desember 2024   09:33 Diperbarui: 11 Desember 2024   09:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Ladang ke Hati, Kisah Cinta dengan Kembang Turi

Salah satu flora unik yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, adalah kembang turi, atau dalam bahasa ilmiah dikenal sebagai "Sesbania grandiflora." Tanaman ini memiliki bunga-bunga besar yang mencolok dan berwarna merah dan putih. Bentuknya yang menarik seperti kupu-kupu menambah daya tariknya dan membuat orang takjub. Kembang turi memiliki banyak nilai budaya dan manfaat, bukan hanya tanaman hias di pekarangan.

Melihat pohon turi yang sedang berbunga lebat, kenangan beberapa tahun lalu kembali terlintas di benak saya. Ada sesuatu tentang keindahan bunga turi yang sederhana namun memikat, yang membawa saya pada momen-momen tak terlupakan di masa lampau.

.......

Pada suatu hari di tahun 1998, saya mendapat undangan untuk menghadiri rapat di Koperasi Kredit Himpunan Usaha Bersama (Kopdi HUB). Agenda rapat tersebut adalah membahas persiapan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Suasana rapat terasa intens dan penuh dinamika; diskusi serta tanya jawab berlangsung tanpa henti. Wajar saja, RAT kali ini memiliki arti penting karena rencananya akan dihadiri oleh Bupati. Oleh karena itu, setiap detail persiapan harus dipastikan matang dan sempurna.

Rapat masih berlangsung, tetapi waktu Dzuhur telah tiba. Dengan penuh kesadaran akan pentingnya menjaga waktu ibadah, rapat pun diskors untuk ishoma, yakni istirahat, sholat, dan makan. Saya bersama Pak Sadji segera beranjak menuju mushola untuk menunaikan sholat Dzuhur, mencari ketenangan di tengah kesibukan hari itu.

Selepas Dzuhur, kami menuju ruang makan yang sudah dipenuhi aroma sedap. Di meja, tersaji nasi lengkap dengan aneka lauk pauk yang menggugah selera. Namun, perhatian saya tertuju pada satu hidangan yang tampak asing, sesuatu yang belum pernah saya lihat apalagi mencicipinya sebelumnya. 

Dengan rasa penasaran, saya bertanya kepada Pak Sadji, "Pak, ini pecel apa?" Sambil tersenyum, beliau menjawab, "Ini pecel kembang turi putih, Mas." Jawaban itu membuat saya semakin penasaran untuk mencobanya.

Dengan rasa penasaran yang membuncah, saya mengambil sedikit pecel kembang turi ke piring saya. Duduk di samping Pak Sadji, saya mulai menikmati hidangan yang terlihat sederhana namun menggugah selera ini. Begitu sendok pertama masuk ke mulut, lidah saya langsung merespons. 

Rasanya sungguh mak nyus, dengan sentuhan sedikit pahit yang justru memberikan keunikan tersendiri. Saya pun makan dengan lahap, menikmati setiap suapan. Bahkan, tak tahan untuk menahan diri, saya mengambil tambahan pecel kembang turi itu untuk kedua kalinya.

......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun