Hal ini sejalan dengan sebuah ungkapan bijak yang berbunyi, "laa taqul kullu maa ta'rif, walakin ta'rif kullu maa taqul," yang berarti, "jangan katakan segala yang kamu ketahui, tetapi ketahuilah segala yang kamu katakan."Â
Ungkapan ini mengingatkan kita untuk lebih bijak dan penuh kehati-hatian dalam setiap ucapan yang keluar dari lisan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Rasulullah Saw bersabda:Â
"Sungguh seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkannya, ternyata perkataan itu dapat menjerumuskannya ke neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dan barat."
Hadits di atas menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan menjaga lisan dari ucapan yang buruk, fitnah, ghibah (gosip), dan kata-kata yang dapat melukai orang lain.Â
Ucapan yang keluar dari mulut seseorang dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Menurut hadits ini, di akhirat, orang yang tidak menjaga ucapannya akan menghadapi konsekuensi besar, yakni dimasukkan ke dalam neraka.Â
Sementara itu, di dunia, mereka yang ceroboh dalam berkata-kata seolah-olah sudah merasakan "neraka" dunia. Terlebih jika ucapan tersebut tersebar di dunia maya dan memancing tanggapan negatif dari netizen.Â
Ketika komentar negatif datang bertubi-tubi, pelaku akan merasa terhimpit dalam tekanan sosial yang berat, seakan tidak ada jalan keluar.Â
Bahkan meskipun usaha klarifikasi dilakukan, cibiran dan kritik dari netizen sering kali tetap mengalir, membuat situasi semakin sulit untuk diperbaiki.Â
Hal ini menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga setiap ucapan, terutama di era digital yang tak mengenal batas ruang dan waktu.
Menjaga komunikasi lisan semakin penting di era digital saat ini, di mana informasi dapat tersebar dengan cepat dalam hitungan detik.Â