Empat puluh tahun silam, tepatnya pada tahun 1984, perpustakaan MAN Cililin mengalami momen penting dengan kedatangan seorang petugas baru.Â
Kehadiran petugas ini membawa angin segar yang mengubah suasana dan meningkatkan kualitas pelayanan bagi para siswa.
Dinding perpustakaan yang sebelumnya tampak biasa saja, kini diwarnai ulang dengan cat baru dan dihiasi berbagai aksesoris menarik bertemakan membaca serta pesan-pesan moral.Â
Salah satu hiasan yang mencuri perhatian adalah sebuah kaligrafi bertuliskan "lisanuka asaduka", yang berarti "mulutmu adalah harimaumu".Â
Pesan ini seolah menjadi pengingat bijak bagi siapa saja yang berkunjung ke sana, agar selalu menjaga tutur kata dengan baik.
Pepatah "mulutmu harimaumu" telah menjadi bagian dari peribahasa yang sering kita dengar.
Ungkapan ini mengandung makna yang sangat dalam tentang betapa pentingnya menjaga lisan dari ucapan yang sia-sia, buruk, atau menyakitkan.Â
Ajaran menjaga lisan sangat penting dalam Islam, bahkan menjadi salah satu cara untuk mengukur iman seseorang.
Agar apa yang kita ucapkan tidak melukai perasaan orang lain, penting bagi kita untuk terlebih dahulu memikirkan baik buruknya dampak dari perkataan tersebut.Â
Sebelum berbicara, hendaknya kita menimbang apakah kata-kata itu membawa kebaikan atau justru berpotensi menyakiti.Â