Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemandirian Sejak Dini, Investasi Terbaik untuk Masa Depan

30 November 2024   07:56 Diperbarui: 30 November 2024   07:56 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto, Diolah dengan Canva

Selain itu, beliau juga memberikan petunjuk teknis secara jelas, memastikan setiap tugas dapat dipahami dan dijalankan dengan baik. Meski sederhana, pertemuan itu mengajarkan kami pentingnya komunikasi, perencanaan, dan tanggung jawab.

Dari kegiatan sederhana tersebut, kami belajar bahwa segala sesuatu perlu direncanakan terlebih dahulu agar hasilnya lebih maksimal. Kebiasaan ini membentuk pola pikir kami bahwa keberhasilan tidak terlepas dari perencanaan yang matang. 

Prinsip ini sejalan dengan sebuah jargon yang terus terngiang dalam ingatan: "Rencanakan apa yang akan dikerjakan, dan kerjakan apa yang telah direncanakan." Nilai itu menjadi pegangan hidup yang mengajarkan pentingnya disiplin dan konsistensi dalam setiap langkah yang diambil.

Semua Dikerjakan Sendiri

Sejak kecil, kami sekeluarga dibiasakan untuk hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Setiap anggota keluarga diberi tugas dan tanggung jawab masing-masing, mulai dari merawat hewan peliharaan hingga mengurus tanaman di pekarangan. 

Kebiasaan ini lama-kelamaan membentuk karakter kami, menjadikan kemandirian sebagai nilai yang melekat dalam kehidupan. Hampir semua anggota keluarga kami mampu memperbaiki berbagai barang yang rusak (ringan), bahkan menangani kerusakan rumah sekalipun. 

Jika kerusakan itu tidak terlalu berat, kami lebih memilih untuk memperbaikinya sendiri, menjadikan keterampilan tersebut bagian dari keseharian kami.

Hidup di tengah masyarakat menuntut kita untuk pandai beradaptasi dan memahami situasi serta kondisi yang ada. Setiap tindakan yang dilakukan seseorang hampir selalu menimbulkan reaksi dari dua sisi: ada yang mendukung dan menyukai, ada pula yang tidak setuju atau bahkan tidak menyukainya.

Hal ini sering kami alami terkait kebiasaan keluarga kami yang lebih memilih memperbaiki sendiri kerusakan ringan tanpa meminta bantuan tukang. 

Beberapa tetangga melihatnya sebagai hal positif, memuji kami sebagai keluarga yang kreatif dan mandiri, bahkan menyarankan agar kebiasaan ini dijadikan contoh. 

Namun, tidak sedikit juga yang berkomentar sebaliknya, menilai kami sebagai keluarga pelit yang tidak mau berbagi rezeki dengan orang lain. Perbedaan pandangan ini mengajarkan kami untuk tetap teguh pada prinsip, tanpa harus tergoyahkan oleh berbagai opini yang datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun