Ada cerita menarik di balik keputusan kami menanam pohon salam di polybag dan meletakkannya di depan dapur.
Sekitar sepuluh bulan yang lalu, seorang keponakan kami dari Karawang, seorang pensiunan tentara, berkunjung ke rumah.
Saat berjalan-jalan di kebun samping rumah, ia memetik tunas daun salam, mengunyahnya langsung, dan menelannya.Â
Tindakan itu mengejutkan istri saya, yang spontan bertanya, "Ih, apa nggak keset, Dek?"Â
Dengan santai, keponakan kami menjawab, "Nggak, Tante. Saya sudah biasa. Dulu, saat masih bertugas di Aceh, saya sering makan daun salam mentah. Hasilnya, saya tidak pernah kena asam urat atau diabetes. Coba Tante biasakan makan daun salam, in sya Allah nggak kena diabetes."Â
Setelah tamu kami pulang, istri saya memutuskan untuk memindahkan pohon salam ke depan dapur agar lebih mudah diakses.
Sejak rutin mengonsumsi daun salam mentah, alhamdulillah, kadar asam urat dan gula darah istri saya sekarang normal.
Pohon salam ini kini menjadi salah satu tanaman favorit di rumah, tidak hanya karena manfaatnya tetapi juga karena cerita di baliknya.
Kebutuhan Protein TercukupiÂ
Untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga, kami memelihara ikan di kolam kecil yang terletak di depan rumah.
Ikan yang dipelihara adalah ikan nila, bukan ikan koi, agar dapat dikonsumsi.