Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips dan Trik Membuat Pantun

6 Juni 2024   07:51 Diperbarui: 6 Juni 2024   08:09 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih lanjut, istilah "tuntun" dalam bahasa Pampanga berarti teratur, "tonton" dalam bahasa Tagalog mengacu pada mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, "tuntun" dalam bahasa Jawa Kuno berarti benang, "atuntun" berarti teratur, "matuntun" berarti pemimpin, "panton" dalam bahasa Bisaya berarti mendidik, dan "pantun" dalam bahasa Toba berarti kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019). Dari definisi-definisi ini, pantun disusun dari kata-kata yang teratur dan tidak sembarangan.

Pantun juga memiliki akar kata "TUN" yang bermakna "baris" atau "deret". Dalam masyarakat Melayu-Minangkabau, pantun diartikan sebagai "panutun", sedangkan di masyarakat Riau disebut dengan "tunjuk ajar" yang berkaitan dengan etika (Mu'jizah, 2019). Secara struktural, pantun termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, di mana dua baris pertama disebut pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020).

Pantun, dengan demikian, tidak hanya merupakan bentuk kesusastraan tradisional yang indah, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sopan santun, keteraturan, dan etika yang tinggi dalam masyarakat yang menggunakannya.

Pantun adalah Budaya Nusantara

Ternyata pantun tidak hanya terdapat di budaya Melayu saja. Berbagai daerah di Indonesia juga memiliki bentuk pantun mereka sendiri. Menurut Suseno (2006), di Tapanuli, pantun dikenal dengan nama ende-ende. Contoh ende-ende dari Tapanuli adalah sebagai berikut:

Ende-Ende:

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.

Artinya:

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama.

Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan. Berikut ini contoh paparikan dari Sunda:

Paparikan:

Sing getol nginum jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol neangan elmu,

Gunana dunya akhirat.

Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat.

Selain itu, ada juga pantun dari Jawa yang dikenal dengan sebutan parikan. Berikut contoh parikan dari masyarakat Jawa:

Parikan:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.

Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.


Dari contoh-contoh tersebut, terlihat bahwa pantun merupakan bentuk kesusastraan yang luas dan beragam di berbagai daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri dalam menyampaikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal melalui pantun.

Bagaimana fungsi pantun

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun