Mohon tunggu...
Asep Saepul Adha
Asep Saepul Adha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Senang membaca dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita Umroh yang Menggetarkan Hati: Kenangan Indah dan Pengalaman Tak Terlupakan

1 Juni 2024   13:21 Diperbarui: 1 Juni 2024   13:31 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Saat di 'Arofah (Dokpri)

Kenangan Indah dan Pengalaman Tak Terlupakan

Setiap kali menonton dan membaca berita tentang ibadah haji, kenangan dari dua belas tahun yang lalu selalu terlintas di benak saya. Tepatnya, pada tahun 2012, saya bersama isteri tercinta, kakak ipar, dan besan perempuan, berkesempatan untuk menunaikan ibadah umroh. Perjalanan ini terasa begitu istimewa karena kami ikut dalam rombongan jama'ah umroh yang diberangkatkan oleh Pemkab Banyuasin, melalui perusahaan perjalanan umroh dan haji ANNATAMA yang berbasis di Jakarta.

Ada beberapa kejadian yang tidak bisa dilupakan dari perjalanan umroh kami. Baik kejadian yang saya alami pribadi maupun yang dialami orang lain dalam rombongan kami. Namun, ada satu momen yang paling membekas di hati dan pikiran saya.

Berikut ini beberapa kejadian yang sulit saya lupakan.

1. Salah sangka, disangka orang Filipina, tak tahunya asli Cianjur.

Ketika akan berangkat ke kebun kurma, saya bermaksud menukarkan uang Rupiah dengan Real. Untuk itu, saya meminta bantuan sopir yang mengantar kami. Saya sempat berpikir bahwa sopir tersebut berasal dari Filipina, jadi dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, saya mencoba berbicara dengannya.

Namun, seketika itu juga, sopir tersebut menjawab, "Bahasa Indonesia saja, Pak, saya dari Cianjur, hehehe." Saya merasa sedikit malu tetapi juga lega mendengar jawabannya. Dengan malu-malu, saya menyampaikan tujuan saya untuk menukarkan uang.

Ternyata, sopir tersebut sangat memahami situasi seperti ini. Dia segera membantu saya menukarkan uang Rupiah dengan Real. Dengan senyum, dia menjelaskan bahwa rata-rata sopir memang sudah mempersiapkan uang untuk keperluan seperti ini, mengantisipasi kebutuhan penumpang.

2. Diajak keliling kota Mekkah

Sehari sebelum berangkat ke Mekkah, saya menerima telepon dari seorang teman lama yang telah lama menetap di Arab Saudi. Dia mengabarkan bahwa dia akan menunggu kami di Mekkah, karena jika harus ke Madinah, dia akan terlalu lama meninggalkan tugasnya. Teman ini adalah kawan lama kami, teman ketika kami masih aktif di organisasi remaja masjid di kampung.

Ketika tiba di Mekkah sekitar pukul 00.30 waktu setempat, saya segera memberi kabar kepada teman saya tersebut. Saya memberi tahu bahwa kami menginap di Dar Al Tawhid Intercontinental Makkah, yang terletak di samping Fairmont Makkah Clock Royal Tower.

Keesokan harinya, setelah melaksanakan salat subuh, teman saya datang menjemput di hotel. Saya pun mengajak isteri, kakak ipar, dan besan untuk ikut bersama kami berjalan-jalan mengelilingi kota Mekkah. Sepanjang perjalanan, teman saya dengan antusias menjelaskan berbagai gedung, jalan, dan hal-hal menarik yang kami lewati. Dia bahkan menjelaskan tentang 'sajarotu Sukarno', sebuah pohon yang memiliki cerita tersendiri dan menarik perhatian kami.

Setelah puas berkeliling kota Mekkah dan menikmati keindahan serta keunikan kota suci ini, teman saya mengantarkan kami kembali ke hotel. Dengan penuh rasa terima kasih dan kenangan indah, kami berpamitan. Teman saya harus segera kembali ke tugasnya, karena sudah ditunggu oleh bosnya.

3. Ada anggota rombongan yang hilang

Baru dua hari di Mekkah, sudah terjadi kehebohan di kelompok kami. Seorang anggota kelompok kami hilang sepulang dari Masjidil Haram. Kawan sekamarnya sudah lama mencarinya ke berbagai tempat namun belum juga menemukan.

Saat akhirnya bertemu, bukannya lega, malah terjadi ketegangan. Yang mencari malah disalahkan oleh yang dicari.

"Bapak ini ke mana saja? Kami sudah lama mencari ke mana-mana, tak tahunya Bapak di sini," kata yang mencari dengan nada cemas bercampur lega.

"Ah, kau bodoh! Aku dari tadi di sini," jawab yang dicari dengan nada marah, memarahi teman yang mencarinya.

Dengan perasaan campur aduk, mereka akhirnya kembali ke hotel. Setibanya di hotel, peristiwa tersebut langsung menjadi perhatian pembimbing kami. Sang pembimbing dengan tenang berbicara kepada mereka, memberikan nasihat agar lebih berhati-hati dan menjaga komunikasi dengan baik.

4. Tak usah repot-repot, minta tolong pelayan saja

Satu lagi kisah yang tak terlupakan saat kami di Mekkah. Ketika sedang makan di restoran hotel, saya dan isteri duduk semeja dengan muthowif. Setelah mengambil nasi dan lauknya, saya berniat untuk berdiri dan mengambil air minum. Namun, sebelum saya sempat pergi, muthowif menahan saya. "Tunggu di sini saja," katanya.

Beberapa saat kemudian, muthowif memanggil seorang pelayan. "Ta'al, suwayyah, a'tinii moya," ujarnya dengan tenang. Pelayan yang dipanggil langsung datang dengan membawa seceret air putih, yang kemudian diletakkan di atas meja kami.

Muthowif lalu berkata kepada saya, "Kalau ada perlu, suruh pelayan saja. Bila menolak, laporkan sama manajernya, tuh yang berdiri di samping pintu masuk. Beliau namanya Agus, asalnya dari Jawa Timur."

Ternyata, para pembaca sekalian, banyak orang Indonesia yang bekerja di Mekkah dan memiliki jabatan yang baik, seperti Pak Agus itu.

Dengan menulis kisah ini, kerinduan saya kepada Baitullah semakin membuncah. Entah kapan saya bisa kembali ke sana, saya hanya bisa berdoa semoga Allah masih memberikan kesempatan kepada saya dan keluarga untuk bisa mengunjungi tanah suci lagi.

Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan saya tentang keramahan dan bantuan yang ada di Tanah Suci, tetapi juga tentang bagaimana banyak saudara kita dari Indonesia yang berkontribusi dan bekerja di sana, menjadikan Mekkah terasa seperti rumah kedua. Semoga suatu hari nanti, saya bisa kembali merasakan keindahan dan kedamaian Baitullah bersama keluarga tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun