Dengan temuan bahwa Maria masih berstatus istri orang lain, hal tersebut membuat gaduh penghulu disana sebab pernikahannya dengan Sjahrir dilakukan sesuai dengan syariat Islam, maka Penghulu setempat memutuskan membatalkan pernikahan Sjahrir dan Maria.
Berita dari pemeriksaan polisi kepada Maria tersebut sampai ditulis oleh Medan Post yang merupakan kantor koran paling besar di Medan pada saat itu.
Setelah peristiwa tersebut, Maria pun pada 5 Mei 1932 di deportasi ke Belanda. Saat di deportasi Maria sedang mengandung anak Sjahrir, namun anak dalam kandungan Maria harus meninggal ketika sedang proses melahirkan.
Sjahrir yang ditinggal Maria ke Belanda ingin segera menyusulnya kesana, apalagi Hatta sudah menyelesaikan studinya di Belanda, namun rencana tersebut harus gagal karena Sjahrir harus ditangkap oleh pemerintah kolonial dan diasingkan ke Boven Digul dan Banda Neira karena aktivitas politiknya.
Dalam pengasingan tidak membuat komunikasi antara Maria dan Sjahrir putus, mereka masih saling berkomunikasi melalui surat menyurat dan itu pula yang menjadi penyemangat Sjahrir ketika berada dipengasingan.
Dua tahun dipengasingan Sjahrir dan Maria memutuskan kembali menikah pada 2 September 1936 melalui pernikahan jarak jauh yang diwakili oleh Salim. Saat itu Sjahrir sedang di Banda Neira dan Maria di Belanda.
Namun pernikahan jarak jauh ternyata membuat hubungan mereka menjadi tidak sehat. Maka, Sjahrir pun menyuruh Maria untuk mengunjunginya ke Banda Neira, Maria tidak bisa memenuhi permintaan tersebut karena tak cukup uang untuk pergi kesana.
Ketika depresi ekonomi melanda pada tahun 1930-an, Sjahrir khawatir dengan perekonomian Maria di Belanda. Maka, Sjahrir pun menyuruh adiknya yang bernama Sutan Sjahsam untuk membantu Maria disana.
Setelah 15 tahun tidak bertemu dengan Maria, akhirnya Sjahrir bisa bertemu kembali pada 1947 di New Delhi karena dipertemukan oleh Nawaharlal Nehru Perdana Menteri India saat itu, Namun pertemuan itu berbeda dengan pertemuan sebelum-sebelumnya, sebab hati Sjahrir sudah bukan lagi untuk Maria karena sebelum bertemu kembali dengan Maria. Sjahrir sudah terpikat oleh seorang gadis yang lebih muda 11 tahun darinya yaitu Siti Wahyunah alias Poppy, sekertarisnya sendiri. Tak lama setelah pertemuan itu pada 12 Agustus 1948, akhirnya keduanya memutuskan untuk bercerai.
Itu merupakan akhir dari kisah cinta Sjahrir dengan Maria wanita Belanda yang memikat hati sang bung kecil (Julukan Sjahril karena memiliki perawakan yang pendek dan kecil) hubungan mereka tetap masih terjalin baik, karena setelah bercerai dengan Sjahrir. Maria menikah dengan adiknya Sjahrir yaitu Sutan Sjahsam yang tadi kita singgung bahwa Sjahrir pernah menyuruhnya untuk membantu Maria di Belanda.
Itulah sedikit kisah cinta dari tokoh nasional kita yaitu Sutan Sjahrir pahlawan yang memiliki slogan "Hidup yang tak dipertaruhkan tidak akan dimenangkan" dengan wanita belanda yang bernama Maria Duchateau.