Mohon tunggu...
asni januarti
asni januarti Mohon Tunggu... -

# Redupnya mentari ketika bidadari memancarkan cahaya dari raut wajahnya\r\n# Wanita yang soleh lebih baik dari ratunya bidadari.\r\n# Cnita butuh pengorbanan, semangkin besar pengorbanan semangkin besar rasa cinta dan sayang yang diberi dan diterima.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gemuruh Pagi

21 September 2012   05:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada setiap jengkal jejak yang kau tinggalkan

saat itu aku pun melukisnya dan mewarnainya

menjadi bagian dari hidup dan kehidupanku

membentangnya dalam jantung dan hati
Setiap saat dukamu menjadi dukaku

derita dan tangismu menjadi selimut tidur

canda, tawa dan bahagiamu menjadi syal

dalam dinginnya malam
Gemuruh pagiku terlonjak

saat kau katakan  berlalu

menghilang dalam pandangan mata

mengemasnya dalam duka pagi
Bagaimana bisa kau berlalu

sedangkan kau menjadi perisai dalam hidupku

dalam kepakan sayap ada dua sisi yang saling menompang

akankah sisi satunya terpatahkan?
Walau semilir bayu berbisik

untuk hidupmu, bahagiamu

kan selalu memberi khabar lewat sang bayu

berhembus mendengingkan telinga!
Adakah arti  aku dalam hidupmu?

berartikah aku mengeja kata bersamamu!

apa arti dalam tiap dekapan syair

mengurainya menjadi mimpimimpi
Bila kau berteriak tiada keadilan bagimu

kupertanyakan adilkah bagiku

saat kau katakan kumerampas bahagiamu

kubalik bertanya adakah bahagia untukku
Saat butiran bening membasahi poripori

mengalir tanpa sekat

adakah kau rasa tangisku

dapatkah kau seka tangisku
Puas, puas aku memendam duka

kembali tertimbun duka

berdiri mematung

seperti tak bernyawa
Teriakan malam itu membuatku tersadar

tak patut kau tercekal

langkah tertahan demi situa yang rapuh

melepasmu duka dan luka bagiku
Namun dalam sepertiga malam

serta sujud dhuha

kembali menyerahkan gemuruh pagiku padamu

dan membiarkan langkahmu menuju bahagiahmu
palembang, 200912

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun