Mohon tunggu...
Asa Pilar
Asa Pilar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengalaman Ikut Tes Potensi Akademik (TPA) OTO Bappenas

14 November 2016   14:34 Diperbarui: 14 November 2016   14:40 12515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai!

Dua bulan lalu saya ikut Tes Potensi Akademik (TPA) yang diselenggarakan oleh OTO Bappenas. Itu pertama kalinya saya ikut tes potensi akademik. Karena pada saat akan mengikuti tes tersebut saya banyak membaca pengalaman orang lewat blog dan artikel lain, maka tidak ada salahnya untuk menuliskan pengalaman saya sendiri.

Tes ini terdiri dari 250 soal yang dibagi dalam 3 subtes (verbal, numerikal dan logika). Waktu yang disediakan untuk 1 subtes adalah 1 jam. Tidak ada sistem minus. Jadi, jawab aja semuanya.

Hal-hal lain tentang kegunaan TPA dan jenis soal TPA, monggo baca-baca di websitenya Bappenas.

Saya mau cerita tentang dari tahap pendaftaran, persiapan sampai hasil TPA saya.

Sepertinya semakin awal kita melakukan pembayaran dan pendaftaran ke Bappenas, maka kita berpeluang dapet jadwal tes yang pagi (jam 08.00-12.00). 

FYI, waktu itu ada juga yang dapet jadwal siang (13.00-17.00). Prefer yang pagi kan biar lebih fresh.

Persiapan

Setelah saya berhasil melakukan pendaftaran, saya mulai pergi ke Gr*media untuk beli buku latihan. Saya sih cari yang judulnya memang buat TPA Bappenas, karena ada yang persiapan untuk TPA penyelenggara lain. Harga bukunya lumayan ya, karena tebel haha. Tapi inshaAllah worthed kalau betul-betul dipelajari.

Terpilihlah satu buku yang sudah buka beberapa lembarnya, dan merasa cocok. Harganya seratus lima puluh ribu dolar. Engga dink, rupiah. Hehe

Sejak memiliki buku itu, saya selalu membawanya kemana-mana. Saat pekerjaan luang, saya curi-curi waktu untuk latihan soalnya, sebelum tidur pun saya coba untuk mengerjakan beberapa point soal, bangun pun lebih pagi biar bisa baca-baca juga.

Untuk tes yang verbal, beberapa kata-kata sulit saya tulis di papan yang ada di kamar saya biar sering saya baca. Walaupun ga ada kata-kata yang keluar juga sih pas tes aktualnya. Haha

Begitulah persiapan saya selama kurang lebih 3 minggu dan sebagian besar contoh soal sudah saya pelajari. Tapi, memang saya ga mengerjakan simulasinya, jadi pas tes yang sesungguhnya, saya keteteran banget di time management-nya. Ini cerita berlanjut ke point selanjutnya ya.

Udah cukup siap materi dan mental.

Jadi, saya terbang Jumat malam after work dari Balikpapan, nginep di tempat kakak saya di Jakarta. Beberapa hari sebelumnya, saya pastikan ke kakak saya kalau dia bersedia ngantar saya ke lokasi tes. Ini penting loh. Saya berutang budi lah ke kakak saya dan kakak ipar saya.

Pelaksanaan

Satu jam sebelum mulai tes, saya udah di lokasi. Belum banyak yang datang. Saya bisa cek-cek ruangan dulu. Santai. Buang air kecil. Bernafas. Lihat muka peserta lain. Lho kok cuci mata malah?? hahaha

Mohon tetap fokus. Hahahah..

Peserta lain cukup banyak. Mulai dari emas-emas kece, mbak-mbak yang gahol betts, polisi, bapak-bapak dosen sepertinya, hingga ukhti-ukhti berbusana panjang dan longgar. Saya yakin semuanya pada sudah persiapan untuk tes ini.

Oiya, yang belum sarapan, tenaang... Disini dikasih snacks juga buat ganjel rasa lapar di pagi hari.. Tapi bagusnya sih emang sarapan dulu, jangan terlalu kenyang demi kenyamanan.

Tentang posisi duduk....

Lalu kami seluruh peserta masuk ke ruangan tes. Duduknya itu sesuai abjad, diurutkan dari depan ke belakang, satu meja isi dua orang. Jadi misalnya ke belakang itu ada 8 meja, maka di meja paling depan akan di isi nomor peserta 1-9, 2- 10, 3-11, dst.

Tentang pengawas....

Pengawasnya ada 5 orang terdiri dari 1 orang pengawas utama dan 4 orang pengawas lokal. Suasananya lumayan hening karena mereka betulan mengawasi kami. Tapi take it easy.

Tentang lembar soal...

Sebelumnya saya kan udah bilang ada 3 sub tes, nah masing-masing sub tes itu lembar soalnya emang jadi satu buku gitu tapi dicetak di kertas warna yang berbeda. Jadi kita ga bisa kembali ke subtes A kalau lagi disuruh ngerjain subtes B. Bisa-bisa ditegur sama pengawasnya.

Pengalaman saya, saya keteteran banget di subtes 2 tentang numerikal itu. Pertama, saya emang sadar tidak terlalu baik di bagian ini. Kedua, saya suka stuck kalo ada soal yang susah. Harusnya di skip aja. Pilih jawaban yang paling mendekati. Bayangkan, waktu sudah habis tapi ada 50 soal yang belum saya jawab di subtes 2. Gimana ga panik? Tapi saya berusaha lebih fokus di subtes berikutnya.

Akhirnya, selesai semua. Kalau lihat peserta lain, sepertinya mereka juga pada ngarang memilih jawaban yang masih kosong. Bismillah, lingkarin aja yang masih belum tau jawabannya.

Intinya, keluar dari ruangan itu lumayan bikin kepala berat dan raut muka berlipat. Hahahaha... Saya dengar beberapa percakapan tentang soalnya, mereka banyak yang ngarang juga. Yaudalah, akeh bolone. Hihi

Hasil

Normalnya, empat hari setelah tes, hasilnya sudah bisa diketahui.

Bener donk, saya akhirnya terima email dari TPA Bappenas.

Alhamdulillah.. Walaupun tidak terlalu tinggi, saya cukup bersyukur dengan hasilnya. Hasilnya sangat cukup untuk kebutuhan mendaftar pascasarjana di UGM yang mengsyaratkan minimal 500 untuk TPA.

Sekian sharing saya tentang pertama kalinya mengikuti tes potensi akademik yang diadakan oleh Bappenas. Semoga bermanfaat yaaa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun