Perlu diketahui bahwa skill tidak bisa diperoleh melalui renungan, ia berbentuk aksi. Jadi, untuk mengembangkan kemampuan, perlulah yang namanya asah, perlu juga didikan, dan yang tidak kalah penting lagi yaitu produktivitas. Produktivitas ini berupa keistiqamahan dalam mendalami apa yang akan menjadi kemampuan kita. Contohnya seperti menulis, atau penelitian, hal semacam ini perlu kemauan untuk belajar metodenya. Karena jika tidak, maka selamanya kita tidak akan mengerti bagaimana menulis dan meneliti.
Maka dari itu, bila kita seorang mahasiswa maka bacalah jurnal-jurnal, cobalah membuat penelitian seperti jurnal ataupun tesis, jauhkan dulu ponsel dari hadapan kita. Karena ponsel lah yang sering kali mengalihkan fokus kita. Dapat dilihat betapa banyak mahasiswa di warung kopi yang tidak produktif oleh kecanduan game online. Atau hanya sekadar nongkrong ngobrol tidak jelas arah. Jadi, sulit mengembangkan skill atau kemampuan itu tanpa dibarengi dengan aktivitas produktif.
Produktif itu bisa dipahami dengan suatu penghasilan yang bermanfaat dari “kefokusan-energi-waktu.” Bila kamu fokus terhadap sesuatu yang kamu sukai, kemudian dengan energi yang selalu tinggi kamu dengan rasa semangatmu selalu senang melakukannya, hingga waktu sempat yang kamu gunakan dengan baik akan memberikan manfaat baik pula pada kita dan orang lain.
Banyak orang bisa fokus, energinya bagus, tapi ia selalu sibuk, maka sulit sekali ia akan produktif. Pun juga sama, bila ia punya waktu, dan bisa fokus, tapi badan kurang fit, maka sulit sekali bisa produktif. Maka memang produktivitas ini harus memenuhi komponen tiga di atas, dengan begitu gunakan sebaik mungkin selagi belum datang masa sakit, masa sibuk, dan masa yang menyebabkan kecamuk pikiran hingga tidak fokus.
Konsekuensi Skill
Yang harus disadari pula adalah mengenai konsekuensi dari skill yang kamu tawarkan pada orang-orang. Bahwa kita harus siap bertanggung jawab atas apa yang menjadi tugas yang diamanahkan pada kita, dan kita harus berlapang dada bila skill yang kita punya tidak bisa memberikan ekspektasi tinggi sebagaimana bayangan-bayangan kita sebelum bergabung dengan lapisan sosial tersebut. Dan karena hidup ini dinamis, maka konsekuensinya lagi adalah kita harus dituntut dan bisa mengembangkan dengan belajar dari kemampuan kita itu.
Jadi, dari sekarang mulailah membangun skill, kita baca dengan cepat apa yang menjadi kemampuan kita, bila ditemukan maka lakukanlah pendalaman dengan berlatih, atau dengan cara apa pun yang sekiranya kita ahli betul dengan apa yang kita suka tersebut. Jadilah versi terbaik dengan orang-orang yang sudah mulai dari awal, bersainglah dengan memberikan yang terbaik. Maka, dengan versi terbaikmu, skillmu akan terlihat oleh orang-orang bahwa dirimulah yang pantas, bukan dia yang tidak kompeten itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H